a.
PERILAKU TAAT
1)
Pengertian Taat
Menurut bahasa
berarti tunduk, patuh, dan setia. Menurut istilah taat bisa diartikan tunduk
dan patuh terhadap segala perintah dan aturan yang berlaku. Taat kepada Allah
berarti patuh kepada perintah dan aturan-aturan yang dibuat oleh Allah dalam
segala hal. Baik aturan itu berhubungan dengan ibadah kepada-Nya maupun aturan
yang berhubungan dengan berinteraksi dengan sesama manusia dan makhluk yang
lainnya.
2)
Dalil Perilaku Taat
Allah SWT
berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا
اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ ۖ فَإِنْ
تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ
تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ
تَأْوِيلًا
”Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan
taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu
berlainan Pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah
(al-Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benarbenar beriman kepada Allah
dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya”. (QS. an-Nisa’ [4]:59)
3)
Contoh Perilaku Taat
a)
Kepada Allah Swt.
Taat kepada Allah
adalah yang paling pertama dan utama. Ketaatan kepada Allah ini sifatnya
mutlak, tanpa ada keraguan, dan tidak ada tawar menawar dalam segala aspek
kehidupan. Contohnya melaksanakan perintah Allah seperti: salat, puasa, dan
menunaikan zakat, dan menjauhi larangannya seperti minum minuman yang
memabukkan, meninggalkan salat fardu, berjudi, dan mengambil hak orang lain.
b)
Kepada Rasul-Nya, Muhammad Saw.
Ketaatan yang kedua
adalah ketaatan kepada Nabi Muhammad Saw. Ketaatan inipun mutlak,sebagaimana
ketaatan kepada Allah Swt. ini berarti,taat kepada rasul berarti taat kepada
Allah. Demikian juga sebaliknya, tidak taat kepada rasul, berarti tidak taat
kepada Allah. Contohnya melaksanakan sunnah-sunnah Rasulullah SAW
c)
Kepada ulil amri / pemerintah
Ketaatan yang ketiga
adalah perintah taat kepada pemimpin. Hanya saja ketaatan kepada pemimpin ini
tidaklah mutlak, tetapi mempunyai syarat, yaitu selama pemimpin tersebut
berpegang kepada kitab Allah dan rasul-Nya. Menurut M. Quraish Shihab, pada
kata “Ulil Amri” dalam ayat di atas tidak didahului kata “ taatilah”. Ini
menunjukkan bahwa ketaatan kepada Ulil Amri tidak berdiri sendiri, tetapi
berkaitan atau bersyarat dengan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Oleh
karena itu, apabila perintah Ulil Amri itu bertentangan dengan perintah Allah
dan rasul-Nya, maka kita tidak dibenarkan untuk mentaatinya. Contohnya taat
berlalu lintas dengan cara tidak masuk jalur busway, membayar pajak Negara.
b.
PERILAKU IKHLAS
a)
Pengertian Ikhlas
Secara bahasa, ikhlas
bermakna bersih dari kotoran. Sedangkan secara istilah, ikhlas berarti niat
mengharap ridha Allah semata dalam beramal sebagai wujud menjalankan ketaatan
kepada Allah dalam kehidupan dalam semua aspek. Ikhlas memilii kedudukan yang
sangat penting dalam setiap amalan, baik amalan hati, lisan, maupun badan.
Mengapa demikian? Betapa tidak, ternyata nilai setiap amalan seseorang di sisi
Allah adalah tergantung pada keikhlasan dia dalam berniat.
b)
Dalil Perilaku Ikhlas
Allah
berfirman:
قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي
لأزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الأرْضِ وَلأغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ (39) إِلا
عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ(40)
Berkata,
"Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku "sesat,
pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka
bumi, dan pasti 'aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba
Engkau yang ikhlas di antara mereka. (Q.S. Al-Hijr [15] : 39-40)
Rasulullah Saw. telah bersabda :
عَنْ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَلَى الْمِنْبَرِقَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّمَا الْأَعْمَالُ
بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ
إِلَى دُنْيَا يُصِيبُهَا أَوْ إِلَى امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى
مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ
Dari Umar bin Al Khaththab Ra. berkata; saya mendengar
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Semua perbuatan tergantung
niatnya, dan (balasan) bagi tiaptiap orang (tergantung) apa yang diniatkan.
Barangsiapa niat hijrahnya karena dunia yang ingin digapainya atau karena
seorang perempuan yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya adalah kepada apa dia
diniatkan”(HR. Bukhari).
c)
Contoh Perilaku Ikhlas
·
Senantiasa beramal dan bersungguh-sungguh dalam beramal, baik dalam
keadaan sendiri atau bersama orang banyak, baik ada pujian ataupun celaan.
Perjalanan waktulah yang akan menentukan seorang itu ikhlas atau tidak dalam
beramal.
·
Terjaga dari segala yang diharamkan Allah, baik dalam keadaan bersama
manusia atau jauh dari mereka. Disebutkan dalam hadits,“Aku beritahukan
bahwa ada suatu kaum dari umatku datang di hari kiamat dengan kebaikan seperti
Gunung Tihamah yang putih, tetapi Allah menjadikannya seperti debu-debu yang
beterbangan. Mereka adalah saudara-saudara kamu, dan kulitnya sama dengan kamu,
melakukan ibadah malam seperti kamu. Tetapi mereka adalah kaum yang jika
sendiri melanggar yang diharamkan Allah.” (HR Ibnu Majah). Tujuan yang
hendak dicapai orang yang ikhlas adalah ridha Allah, bukan ridha manusia.
Sehingga, mereka senantiasa memperbaiki diri dan terus beramal, baik dalam
kondisi sendiri atau ramai, dilihat orang atau tidak, mendapat pujian atau
celaan. Karena mereka yakin Allah Maha melihat setiap amal baik dan buruk
sekecil apapun.
·
Tidak silau dan cinta jabatan.
·
Tidak diperbudak imbalan dan balas budi.
·
Tidak mudah kecewa.