UPAYA PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN GURU

 



A. Profil Kepribadian Guru

 1.      Pengertan Kepribadian

             Kepribadian berasal dari bahasa Inggris `personality`. Dalam Bahasa Yunani kata personality berasal dari kata `per` dan `sonare` yang berarti topeng, juga berasal dari ‘personae’ yang berarti pemain sandiwara, yaitu pemain yang memakai topeng tersebut ( Nana Syaodih Sukmadinata, 136). Kepribadian ini dapat diartikan sebagai sifat hakiki yang ada di balik sikap yang ditampilkan oleh seseorang. Sifat ini merupakan sifat yang telah melekat pada diri seseorang. Dan karena telah melekat tersebut, maka merupakan ciri yang khas pada seseorang. Sifat tersebut dapat dilihat dari sesuatu yang ditampilkannya. Dengan tampilan tersebut, maka seseorang dapat dinilai apakah ia berkepribadian yang baik atau tidak. Seseorang yang dengan spontan dan selalu menampilkan suatu sifat tertentu tanpa ada pengaruh dari luar dirinya ataupun motivasi tertentu, maka dapat dikatakan bahwa sifat yang ditampilkan tersebut merupakan kepribadiannya.

Pada dasarnya jiwa manusia dapat dibedakan menjadi dua aspek, yaitu aspek kemampuan (ability) dan aspek kepribadian (personality). Aspek kemampuan meliputi prestasi belajar, intelegensi, dan bakat . sedangkan, aspek kepribadian meliputi watak, sifat, penyesuaian diri, minat, sikap, dan motivasi (Samsi Haryanto, 1944:1). Kedua aspek tersebut akan selalu menyertai seseorang, termasuk guru didalam kehidupannya. Pernyataan itu dapat berbentuk dorongan maupun larangan. Mengenai kepribadian, secara umum para pakar kejiwaan berpendapat bahwa kepribadian merupakan suatu mekanisme yang mengendalikan dan mengarahkan sikap dan perilaku seseorang (Zakiah Darajat, 1995: 62). Apabila kepribadian seseorang kuat, maka sikapnya akan menjadi tegas, tidak terpengaruh oleh bujukan dan faktor-faktor yang dating dari luar, serta ia mampu dan mau bertanggungjawab atas ucapan dan perbuatannya. Namun, apabila kepribadiannya lemah, maka ia akan mudah terombang-ambing oleh berbagai pengaruh yang datang dari luar. Secara umum, kepribadian merupakan suatu organisasi yang hanya dimiliki oleh manusia, yang menjadi penentu pemikiran dan tingkah lakunya.

Kepribadian sering disama artikan dengan istilah karakter dan temperamen. Kedua istilah tersebut memiliki arti yang berkaitan. Namun, masing-masing kata tersebut memiliki kekhususan tersendiri.istilah karakter lebihh menjurus kea rah tabiat-tabiat yang dapat disebut benar atau salah, sesuai atau tidak sesuai dengan dengan norma-norma social yang diakui (Ahmad D. Marimba, 1980: 66). Seseorang yang mempunyai tabiat baik atau sesuai dengan norma-norma social, akan disebut sebagai orang yang berkarakter baik. Dan sebaliknya, orang yang memiliki tabiat buruk atau tidak sesuai dengan norma-norma social, ia akan disebut sebagai orang yang berkarakter jelek. Dari sini terlihat bahwa ukuran yang digunakan sebagai acuan penilaian adalah norma-norma yang berlaku di masyarakat.

Temperamen merupakan satu segi dari kepribadian yang erat hubungannya dengan perimbangan zat-zat cair yang ada dalam tubuh. Zat cair dalam tubuh tersebut dapat mempengaruhi temperamen seseorang. Sebagai contoh, seorang yang darahnya lebih banyak dari zat-zat lainnya akan bersifat penggembira, sedangkan orang yang lendirnya lebih banyak akan menunjukan sifat yang tenang. Istilah kepribadian mempunyai arti yang lebih luas, yakni meliputi kualitas keseluruhan dari seseorang (Ahmad D. Marimba, 1980: 67). Kualitas itu akan tampak dalam cara seseorang berbuat, berpikir dan mengeluarkan pendapat, sikap, minat, filsafah hidup serta kepercayaannya. Dari tampilannya tersebut, seseorang akan dapat diketahui apakah ia mempunyai kepribadian yang baik atau tidak.

2.    Aspek Kepribadian

Secara garis besar, aspek kepribadian digolongkan menjadi tiga, yaitu

a). Aspek kejasmanian,

            merupakan aspek yang secara langsung dapat dilihat. Karena dapat dilihat secara langsung, maka orang lain dapat segera menilainya.

b). Aspek kejiwaan,

   Aspek kejiwaan merupakan aspek yang sulit untuk dinilai. Untuk dapat mengambil kesimpulan aspek kejiwaan orang lain, seseorang memerlukan tenggang waktu. Hal ini dapat dilakukan dengan banyak bergaul dengan sesorang tersebut. Dari pergaulan tersebut, maka pribadi kejiwan orang lain dapat mulai dipahami.

c).Aspek kerohanian.

Aspek kerohanian menyangkut keyakinan seseorang. Aspek ini merupakan aspek yang paling mendasari dan juga merupakan penentu dalam kehidupan social seseorang. Aspek kerohanian dapat mendorong seseorang menghindari sifat iri, dengki, dan penyakit hati lainnya.

Kepribadian merupakan sifat hakiki yang tercermin dalam sikap seseorang. Sifat hakiki tersebut meliputi unsur psikis dan fisik. Dengan demikian, seluruh sikap dan perbuatan seseorang merupakan suatu gambaran dari kepribadian seseorang tersebut, tidak terkecuali guru. Guru merupakan orang tua kedua dari anak yang bertugas membina kepribadian anak didiknya. Dan tidak mungkin guru dapat melaksanakan tugas tersebut dengan baik, jika ia tidak mempunyai kepribadian terlebih dahulu.

Kompetensi kepribadian yang harus dimiliki oleh seorang guru diantaranya adalah:

1.      Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, social dan kebudayaan nasional Indonesia

 

2.      Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat

3.      Menunjukan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri

4.      Menjunjung tinggi kode etik profesi guru

 

Kepribadian seseorang itu erat kaitannya dengan kinerja dan keterampilan mereka dalam keterampilan mereka dalam melakukan suatu pekerjaan,”Temuan penelitian menunjukkan bahwa pengalaman, orientasi,teoritis dan teknik atau metode yang dilakukan untuk melakukan suatu pekerjaan (mengajar), bukanlah penentu utama bagi keefektifan dalam bekerja.” Akan tetapi kualitas kepribadian seseorang akan mempengaruhi hasil kinerja seorang guru di lapangan. (Surya, 2013:62)

     Kepribadian (personality) merupakan ciri-ciri khas seseorang yang di manifestasikan melalui pola tingkah laku atau cara dia merespon yang konsisten dalam situasi-situasi termasuk relasinya dengan lingkungan. Tingkah laku atau sikap ini akan lebih kelihatan dalam cara=cara mereka berinteraksi dengan orang lain (peserta didik). Seperti menampilkan sikap simpati, empati (merupakan sikap untuk dapat memahami apa yang sedang dipikirkan dan dirasakan  orang lain), terbuka, berwibawa, bertanggung jawab, dan mampu membuat penilaian terhadapat diri diri sendiri. Semua sikap tersebut seharusnya dapat dikembangkan oleh guru dalam bekerja dan dalam kehidupannya, untuk dapat memiliki kepribadian yang sehat.

     Kepribadian yang sehat, akan dapat menghasilkan kepribadian produktif. Kepribadian produktif sebagaimana dikemukakan oleh M.D. Dahlan (Kartadinata, 2011:40) mengemukakan bahwa kepribadian produktif akan terwujud sebagai kecendrungan untuk:

a.       Mampu bekerja keras dan sungguh-sungguh serta berusaha memperoleh hasil karya yang sebaik-baiknya.

b.      Mampu bekerja secara teratur dan tertib menurut aturan tertentu.

c.       Mampu bekerja sendiri secara kreatif,tanpa menunggu perintah sehingga mampu mengambil keputusan sendiri.

d.      Mampu bekerja sama secara bersahabat dengan orang lain tanpa merugikan dirinya ataupun orang lain.

e.       Tanggap terhadap perubahan yang terjadi dilingkungan baru.

f.       Ulet,  dan tekut bekerja tanpa mengenal lelah dan bosan.

g.      Mampu bergaul dan berpartisipasi dalam kegiatan jenis lain.

 

Jadi, kepribadian yang sehat itu atau produktif menyangkut masalah tanggung jawab, kesadaran moral dan etika, kemasyarakatan maupun diri sendiri.

 

B.     Upaya Pengembangan Kepribadian Guru

Guru profesiaonal adalah orang yang mempunyai kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Dengan kata lain, guru professional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik serta memiliki pengalaman yang kaya di bidangnya.

Yang dimaksud dengan terdidik dan terlatih bukan hanya memiliki pendidikan formal tetapi juga harus menguasai berbagai strategi atau teknik dalam KBM serta landasan-landasan kependidikan seperti tercantum dalam kompetensi guru. Berikut adalah upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam pengembangan kepribadian guru:

1.      Prinsip Keseimbangan Individu dan Sosial

Menurut Khursid Ahmad (1981: 13), sebuah keunikan yang lain dari Islam adalah menciptakan keseimbangan antara individualism dan kolektivisme (social). Agama Islam percaya akan kepribadian individu, dan setiap individu secara pribadi bertanggungjawab kepada Allah. Islam menjamin hak asasi individu, sehingga perkembangan wajar dari kepribadian manusia merupakan salah satu tujuan pokok dalam pendidikan.

Untuk menjadi guru yang betul-betul sebagai tenaga profesional dibidang kependidikan, seorang guru mempunyai kemampuan dalam berinteraksi dalam proses belajar mengajar, refleksi sosial.

2.      Istiqamah dalam bertindak

Istiqamah dalam arti yang umum adalah bersikap teguh atau keteguhan berpegang kepada sesuatu yang diyakini kebenarannya, dan tidak mau mengubah keyakinannya dalam keadaan bagai manapuun baik dalam keadaan susah maupun senang, dalam keadaan sendiri maupun bersama dengan orang lain.Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS Hud ayat 112, yang artinya: “Maka tegakanlah pendirianmu sebagaimana kamu diperintahkan”. Kalau pendirian sudah teguh, barulah kebahagiaan hidup akan diperoleh, sebagaimana dalam firman Allah SWT Q.S An-Nur ayat 51, yang artinya : “Ucapan orang-orang apabila mereka diajak untuk menyelesaikan persoalan yang mereka hadapi dengan hokum Allah dan Rasul-Nya hanyalah akan berkata: kami dengar dan kami taati, mereka inilah orang-orang yang memperoleh kebaikan.”

Sikap istiqamah inilah yang akan memberi ciri khas kepada pribadi yang melakukannya dan menyebabkan orang menyegani dan menaruh rasa hormat.

Menurut A.M Fatwa (1996: 1), ada dua hal pokok yang dapat membentuk seseorang menjadi istiqamah, yaitu:

a.       Berkaitan dengan keyakinan dan pendirian yang pembinaannya adalah iman kepada Allah.

Iman yang subur tertanam dalam dada akan menghasilkan keyakinan dan pendirian yang teguh serta tak tergoyahkan sekalipun menghadapi berbagai macam cobaan dan intrik. Ia akan menumbuhkan sikap tidak mudah putus asa dalam menegakkan dan memperjuangkan suatu kebenaran.

b.      Berkaitan dengan orientasi, gagasan dan perilaku yang pembinaannya adalah akhlak yang baik.

Akhlak yang baik adalah sesuatu yang menjadi tujuan agama Islam, yang merupakan kualitas terpuji dari ruhani seseorang dalm menanggapi lingkungan.

Guru harus mempunyai sikap istiqamah dalam setiap gerak langkahnya, karena kalau guru tidak mempunyai sikap istiqamah bagaimana mungkin anak didiknya akan bersikap teguh dalam pendiriannya. Hal itu juga bias berpengaruh terhadap lingkungan yang lebih luas lagi. Karena itu, sikap istiqamah harus dimiliki oleh guru. Guru yang istiqamah akan bekerja dengan hati-hati dan berhasil guna, baik terhadap anak didiknya maupun terhadap lingkungan yang mengitarinya.

Sebagaimana konsep Aa Gym (2003: 153) bahwa pendidikan yang baik adalah dengan mendidik diri sendiri. Konsep tersebut dikenal dengan istilah 3M, yaitu

a.       Mulailah dengan diri sendiri

Bagaimanapun juga kita tidak akan mencapai nilai maksimal kalau tidak mengubah diri sendiri. Janagn menyuruh orang lain sebelum kita menyuruh diri sendiri.

b.      Mulailah dari hal yang kecil

Sesuatu yang besar pada hakikatnya adalah sebuah rangkaian dari hal yang kecil.

c.       Mulailah saat ini

Kita tidak tahu apakah kita masih mempunyai waktu sampai besok pagi atau tidak. Kalau sudah tertanam perasaan seperti itu, maka hari-hari yang kita jalani adalah hari-hari yang sangat semangat.

 

3.      Habit (kebiasaan diri)

Kebiasaan adalah suatu kegiatan yang terus menerus dilakukan yang tumbuh dalam pikiran. Pengembangan kebiasaan diri harus dilandasi dengan kesadaran bahwa usaha tersebut membutuhkan proses yang panjang. Kebiasaan positif diantaranya menyapa dengan ramah, memberikan pujian terhadap anak didik dengan tulus, menyampaikan rasa simpati, menyampaikan rasa penghargaan kepada kerabat, teman sejawat, atau peserta didik yang berprestasi, dan lain-lain.

Menilai diri sendiri adalah sulit. Kecenderungan orang adalah menilai sesuatu secara subjektif, dan bila menyangkut diri sendiri, orang akan mencari pembenaran atas sikap perbuatannya. Menurut Aa Gym, kebiasaan diri yang harus dilakukan diantaranya:

a.       Beribadah dengan benar dan istiqamah

b.      Berakhlak baik

c.       Belajar dan berlatih tiada henti

d.      Bekerja keras dengan cerdas

e.       Bersahaja dalam hidup

f.       Bantu sesama

g.      Bersihkan hati selalu

Itulah kebiasaan diri yang harus dilakukan apalagi seorang guru yang menjadi public figure ditengah-tengah anak didiknya, sudah barang tentu harus mempunyai kebiasaan yang baik, supaya anak didiknya memberikan penilaian terbaik kepada kita.

 

4.      Keteladanan

Setiap tenaga kependidikan (guru dan karyawan) di lembaga pendidikan harus memiliki tiga hal, yaitu:

a.       Competency menyangkut kemampuan dalam menjalankan tugas secara profesional yang meliputi kompetensi materi (substansi), keterampilan, dan metodologi.

b.      Personality menyangkut integritas, komitmen, dan dedikasi

c.       Religiusity menyangkut pengetahuan, kecakapan, dan pengalaman di bidang keagamaan.

Dengan ketiga hal tersebut, guru akan mampu menjadi model dan mengembangkan keteladanan di hadapan siswanya. Semua orang dalam komunitas sekolah harus mampu menjadi teladan bagi peserta didik. Bahkan, pesrta didik yang senior harus menjadi teladan bagi adik-adiknya.

Keteladanan yang dikembangkan di sekolah adalah keteladanan secara total, tidak hanya dalam hal yang bersifat normative saja seperti ketekunan dalam beribadah, kerapian, kedisiplinan, kesopanan, kepedulian, kasih sayang, tetapi juga hal-hal yang melekat pada tugas pokok atau tugas utamanya.

Membangun keteladan tidak ubahnya seperti membangun kultur (budaya), watak, dan kepribadian. Pada awalnya terasa sulit dan perlu perjuangan atau lebih tepatnya disebut juhad. Tetapi, setelah terbentuk dan dirasakan manfaatnya, justru menjadi sebuah kebutuhan.

Keteladanan adalah kunci keberhasilan, termasuk keberhasilan seorang guru dalam mendidik peserta didiknya. Contoh dan teladan lebih bermakna daripada seribu perintah dan larangan. Syair arab mengatakan,”Qawul ulhal affsaah min lisaani ‘i-maqaal” (keteladanan lebih fasih daripada perkataan). Dengan keteladanan guru, siswa akan menghormatinya, memperhatikan pelajaran. Inilah implementasi etika religius dalam proses pembelajaran yang sungguh mampu menggerakan pikiran, emosi, dan nurani siswa meraih keberhasilan. Implementasi etika religius itu harus dimulai dari yang paling atas, yaitu kepala sekolah.

Selain harus memiliki kepribadian yang baik, seorang guru pun harus mengembangkan potensi dirinya dengan baik. Sebagimana telah dibahas sebelumnya bahwa aspek kepribadian mencakup pula pada pengembangan kepribadian. Artinya, untuk mengembangkan kepribadiannya, sudah tentu seorang guru harus pula melakukan pengembangan diri.

Pengembangan diri adalah penyemaian potensi diri sendiri. Pengembangan diri, ibarat bibit yang perlu disemaikan dulu baru bias ditanam. Guru, selayaknya manusia kebanyakan, memiliki potensi dasar untuk dikembangkan dan yang lebih utama mengembangkan diri, seperti potensi fisik, intelektual, emosional, empati, spiritual, moral, kata hati, dan lain-lain.

Guru dan orang-orang profesional memilih aktivitas kesehariannya untuk meningkatkan mutu pribadi pada area-area kunci secara intelektual, fisikal, rasional, emosional, dan spiritual. Banyak orang, mungkin juga memandang keseharian ini secara minor. Tetapi, seorang guru yang bijak akan mengatakan, “Daily goals are reached by doing things which may be uncomfortable at first but eventually will become habits.” Banyak hal yang rasanya sangat sukar memulainya, namun jika dilakukan secara sadar, konsisten, dan bermakna akan menjadi kebiasaan. Kebiasaan merupakan sesuatu yang memiliki energy yang luar biasa.

Mengikuti pemikiran John C. Maxwell, berikut ini disajikan tawaran untuk meningkatkan mutu diri sendiri (pengembangan potensi diri) bagi guru, dari hari ke hari, yaitu:

1.      Jangan takut berbuat kesalahan

Berbuat salah itu paling potensial dialami oleh guru yang kreatif. Tidak berbuat juga salah. Manusia lebih banyak didewasakan oleh pengalaman berbuat salah ketimbang berbuat benar. Orang kreatif sangat mungkin sukses besar karena satu keberhasilan dari ratusan tindakan coba-coba. Orang kreatif melihat kegagalan sebagai tindakan tidak berani mencoba. Tidak ada seorang pun akan tumbuh dewasa, tanpa berani berbuat salah

Tentu saja, hanya manusia abnormal yang selalu berbuat salah atau sengaja bertindak salah. Lebih baik berbuat sepuluh kali dengan empat kesalahan, ketimbang hanya berbuat dua kali dengan satu kesalahan. Kenali kesalahan-kesalahan keseharian kita untuk meningkatkan kebijakan hari ini lebih baik ketimbang hari kemarin. Jika, guru tidak pernah mau berbuat salah, dia tidak mungkin akan berkembang. Guru tidak akan menjadi bijaksana tanpa mau mencoba hal baru.

2.      Mengubah kehidupan dengan cara mengubah sesuatu yang dikerjakan keseharian

Banyak orang, termasuk guru mengklaim telah melakukan perubahan-perubahan besar dalam kehidupannya. Klaim ini sah adanya. Aspek-aspek tertentu dalam kehidupan kita memang harus diubah, selayaknya mobil turun mesin (Significant overhaul). Ada juga orang yang tidak mendambakan perubahan-perubahan besar pada waktu singkat, melainkan melakukan perubahan-perubahan kecil secara konsisten.

Inilah yang dimaksud dengan perubahan yang continue dari hari ke hari. Hanya air yang menetes dengan konsisten yang dapat membuat batu sampai berlubang. Batu tidak berlubang dengan arus aur yang deras. Lebih baik melakukan perubahan-perubahan kecil yang terencana daripada bernafsu melakukan perubahan-perubahan besar secara angina-anginan.

3.      Merumuskan harapan yang realistic bagi  perbaikaan diri

Pekerjaan guru bias sulit, bisa juga gampang. Dipandang sulit, jika dia benar-benar ingin menjadikan siswanya manuasia yang bermutu ssecara pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Dipandang mudah, kalau dia memposisikan tugasnya sebatas kewajiban mengajar dan kedinasan.

Disinilah esensi seorang guru harus mengembangkan diri secara continue dengan harapan yang realistik. Ian MacGregor pernah mengatakan, “I work on the same principle as people who train horses.” Prinsip bekerjanya selayaknya melatih seekor kuda. Memulai pekerjaan dengan pelan-pelan dan kelembutan, akan mempermudah capaian hasil (star with low fences, easily achieved goals), kemudian pekerjaan itu dilakukan secara continue dengan pola meningkatkan intensitas.

 

 

 

4.        Perubahan yang continue untuk perbaikan yang continue

Perubahan merupakan sebuah keabadian, seperti halnya ketidak pastian itulah yang hamper dipastikan ada. Perubahan yang continue adalah esensial bagi perbaikan secara continue.

5.        Motivasi penggerak utama, kebiasaan menjaga perjalanannya

Motivasi mendorong seseorang untuk bergerak dan kebiasaan mendorong motivasi itu terus berjalan. Guru yang berkomitmen untuk menegakan disiplin akan menjelma menjadi kebiasaan, dan dia tetap menjaga disiplin itu secara continue.

6.        Jaangan selalu menuntut hasil segera

Banyak pekerjaan yang harus segera diwujudkan dan dinikmati hasilnya menjadi fakta disekitar kehidupan kita, namun demikian, bermental instan untuk selalu memperoleh hasil segera dan hanya ingin mengerjakan pekerjaan sejenis ini, membahayakan. Guru tidak diperbolehkan “main kayu” secara pukul rata untuk menegakkan disiplin siswa.

Pada sebagian siswa, disiplin harus dibentuk melalui pembiasaan. Sebagian orang sangat mungkin terobsesi dengan pekerjaan besar dan cepat. Mereka melihat dan mencari jalan pintas atau cara cepat. Sesungguhnya, perbaikan diri harus berlangsung sepanjang waktu dan dimulai pada masa lampau.

7.        Fokus

Bagaimana caranya menyelesaikan pekerjaan yang kompleks, misalnya ratusan item yang membentuk sebuah item? Caranya, berfokuslah dari awal dan terus mencari focus pekerjaan sampai akhir, hingga selesai. Cara lainnya, putuskan mana yang paling penting harus dikerjakan, kemudian berfokuslah kepada yang paling penting itu, untuk kemudian menyelesaikan yang paling penting lainnya.

8.        Alokasikan 80 persen waktu kerja berbasis pada kekuatan anda

Prestasi besar bukanlah sebuah keberuntungan, kecuali yang bersifat probabilitas semata. Prestasi besar hanya akan dicapai oleh pekerja keras. Untuk mencapai prestasi yang hebat atau juara, guru dan siswa harus menjadi pekerja keras . investasikanlah energy yang dimiliki diri sendiri, sekitar 80 persen untuk mrncapai prestasi besar.

Guru harus menakar kekuatan dan kelemahannya, dan mengantisipasi peluang dan ancamannya. Gunakan kekuatan untuk menemukan peluang dan reduksilah kelemahan untuk mengantisipasi ancaman. Bekerjalah pada alur yang benar, sehingga usaha keras hari ini akan menjadikan kejayaan besoknya.

Upaya pengembangan diri tidak instan. Perlu tindakan bertahap dan continue bagi seseorang untuk mengoptimasi pengembangan dirinya. Menurut Andrie Wongso, tahap-tahap pengembangan diri terdiri dari empat tahap, yaitu:

1.      Mengenali diri sendir

2.      Memposisikan diri

3.      Mendobrak diri

4.      Aktualisasi diri

Keberhasilan mengenali diri sendiri akan memudahkan tindakan diri. Kenalilah dirimu, kemudian berkaryalah. Setelah menganalisis diri dengan seksama, kemudian kita mampu menemukan kekuatan personal kita seperti kreativitas, semangat berinovasi, ketajaman analisis, kemampuan menemukan peluang, penerimaan terhadap hal-hal baru, semangat belajar yang tinggi, serta cita-cita atau tujuan-tujuan pribadi yang mulia. Tetapi disisi lain, mungkin saja kita merasa memiliki kelemahan, seperti kurang disiplin, tidak fokus, kurang konsisten, tidak berani mencoba, atau tidak berani ambil resiko.

Dengan mengenal diri sendiri, seseorang akan memposisikan dirinya, sehingga dalam bekerja tidak “lebih besar pasak daripada tiang”, atau bekerja “ibarat pungguk merindukan bulan.” Tentu saja guru tidak boleh pasrah pada keadaan, ketika dia mengetahui bahwa sejawatnya secara relative lebih baik dibandingkan dengan dirinya. Kelemahan daya tangkap, misalnya, dapat diatasi dengan memperpanjang waktu belajar. Teori belajar tuntas memesankan, seorang siswa akan dapat menguasai materi pelajaran, jika dia mau da nada waktu. Kesulitan guru dalam “memahamkan” materi pembelajaran kepada siswa, dapat diatasi dengan kemauan, ketekunan, dan kesediaan mengalokasikan waktu untuk itu. Kekuatan fisik yang kurang bagus dapat ditanggulangi dengan kesabaran dan ketekunan untuk mengalokasikan waktu kerja lebih lama.

Guru tidak boleh membiarkan diri larut pada keadaan. Lakukanlah aksi mendobrak diri sendiri untuk membuat kejutan. Aktualisasikanlah rencana menjadi pelaksanaan. Terjemahkan alam pikiran bawah sadar untuk melahirkan tindakan-tindakan besar demi prestasi dibidang pendidikan dan pembelajaran.


DAFTAR RUJUKAN

Danim, Sudarwan. Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru. (Bandung: Alfabeta, 2010)

Rochman, Chaerul dan Heri Gunawan. Pengembangan Kompetensi Kepribadian Guru. (Bandung: Nuansa, 2016)

Suhada, Idad. Kompetensi Kepribadian Guru. (Bandung: 2016)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak