A. Profil Kepribadian Guru
Kepribadian berasal dari bahasa Inggris
`personality`. Dalam Bahasa Yunani
kata personality berasal dari kata `per` dan `sonare` yang berarti topeng, juga
berasal
dari ‘personae’ yang berarti pemain sandiwara, yaitu pemain yang memakai topeng
tersebut ( Nana Syaodih Sukmadinata, 136). Kepribadian ini dapat diartikan
sebagai sifat hakiki yang ada di balik sikap yang ditampilkan oleh seseorang.
Sifat ini merupakan sifat yang telah melekat pada diri seseorang. Dan karena
telah melekat tersebut, maka merupakan ciri yang khas pada seseorang. Sifat
tersebut dapat dilihat dari sesuatu yang ditampilkannya. Dengan tampilan
tersebut, maka seseorang dapat dinilai apakah ia berkepribadian yang baik atau
tidak. Seseorang yang dengan spontan dan selalu menampilkan suatu sifat
tertentu tanpa ada pengaruh dari luar dirinya ataupun motivasi tertentu, maka
dapat dikatakan bahwa sifat yang ditampilkan tersebut merupakan kepribadiannya.
Pada
dasarnya jiwa manusia dapat dibedakan menjadi dua aspek, yaitu aspek kemampuan
(ability) dan aspek kepribadian (personality). Aspek kemampuan meliputi
prestasi belajar, intelegensi, dan bakat . sedangkan, aspek kepribadian
meliputi watak, sifat, penyesuaian diri, minat, sikap, dan motivasi (Samsi Haryanto,
1944:1). Kedua aspek tersebut akan selalu menyertai seseorang, termasuk guru
didalam kehidupannya. Pernyataan itu dapat berbentuk dorongan maupun larangan.
Mengenai kepribadian, secara umum para pakar kejiwaan berpendapat bahwa
kepribadian merupakan suatu mekanisme yang mengendalikan dan mengarahkan sikap
dan perilaku seseorang (Zakiah Darajat, 1995: 62). Apabila kepribadian
seseorang kuat, maka sikapnya akan menjadi tegas, tidak terpengaruh oleh
bujukan dan faktor-faktor yang dating dari luar, serta ia mampu dan mau
bertanggungjawab atas ucapan dan perbuatannya. Namun, apabila kepribadiannya
lemah, maka ia akan mudah terombang-ambing oleh berbagai pengaruh yang datang
dari luar. Secara umum, kepribadian merupakan suatu organisasi yang hanya
dimiliki oleh manusia, yang menjadi penentu pemikiran dan tingkah lakunya.
Kepribadian
sering disama artikan dengan istilah karakter dan temperamen. Kedua istilah
tersebut memiliki arti yang berkaitan. Namun, masing-masing kata tersebut
memiliki kekhususan tersendiri.istilah karakter lebihh menjurus kea rah
tabiat-tabiat yang dapat disebut benar atau salah, sesuai atau tidak sesuai
dengan dengan norma-norma social yang diakui (Ahmad D. Marimba, 1980: 66).
Seseorang yang mempunyai tabiat baik atau sesuai dengan norma-norma social,
akan disebut sebagai orang yang berkarakter baik. Dan sebaliknya, orang yang
memiliki tabiat buruk atau tidak sesuai dengan norma-norma social, ia akan
disebut sebagai orang yang berkarakter jelek. Dari sini terlihat bahwa ukuran
yang digunakan sebagai acuan penilaian adalah norma-norma yang berlaku di
masyarakat.
Temperamen
merupakan satu segi dari kepribadian yang erat hubungannya dengan perimbangan
zat-zat cair yang ada dalam tubuh. Zat cair dalam tubuh tersebut dapat
mempengaruhi temperamen seseorang. Sebagai contoh, seorang yang darahnya lebih
banyak dari zat-zat lainnya akan bersifat penggembira, sedangkan orang yang
lendirnya lebih banyak akan menunjukan sifat yang tenang. Istilah kepribadian
mempunyai arti yang lebih luas, yakni meliputi kualitas keseluruhan dari
seseorang (Ahmad D. Marimba, 1980: 67). Kualitas itu akan tampak dalam cara
seseorang berbuat, berpikir dan mengeluarkan pendapat, sikap, minat, filsafah
hidup serta kepercayaannya. Dari tampilannya tersebut, seseorang akan dapat
diketahui apakah ia mempunyai kepribadian yang baik atau tidak.
2. Aspek Kepribadian
Secara
garis besar, aspek kepribadian digolongkan menjadi tiga, yaitu
a).
Aspek kejasmanian,
merupakan
aspek yang secara langsung dapat dilihat. Karena dapat dilihat secara langsung,
maka orang lain dapat segera menilainya.
b).
Aspek kejiwaan,
Aspek kejiwaan
merupakan aspek yang sulit untuk dinilai. Untuk dapat mengambil kesimpulan
aspek kejiwaan orang lain, seseorang memerlukan tenggang waktu. Hal ini dapat
dilakukan dengan banyak bergaul dengan sesorang tersebut. Dari pergaulan
tersebut, maka pribadi kejiwan orang lain dapat mulai dipahami.
c).Aspek
kerohanian.
Aspek kerohanian menyangkut keyakinan seseorang. Aspek
ini merupakan aspek yang paling mendasari dan juga merupakan penentu dalam
kehidupan social seseorang. Aspek kerohanian dapat mendorong seseorang
menghindari sifat iri, dengki, dan penyakit hati lainnya.
Kepribadian
merupakan sifat hakiki yang tercermin dalam sikap seseorang. Sifat hakiki
tersebut meliputi unsur psikis dan fisik. Dengan demikian, seluruh sikap dan
perbuatan seseorang merupakan suatu gambaran dari kepribadian seseorang
tersebut, tidak terkecuali guru. Guru merupakan orang tua kedua dari anak yang
bertugas membina kepribadian anak didiknya. Dan tidak mungkin guru dapat
melaksanakan tugas tersebut dengan baik, jika ia tidak mempunyai kepribadian
terlebih dahulu.
Kompetensi
kepribadian yang harus dimiliki oleh seorang guru diantaranya adalah:
1. Bertindak sesuai dengan norma agama,
hukum, social dan kebudayaan nasional Indonesia
2. Menampilkan diri sebagai pribadi yang
jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat
3. Menunjukan etos kerja, tanggung jawab yang
tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri
4. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru
Kepribadian seseorang itu erat kaitannya dengan kinerja dan keterampilan
mereka dalam keterampilan mereka dalam melakukan suatu pekerjaan,”Temuan
penelitian menunjukkan bahwa pengalaman, orientasi,teoritis dan teknik atau
metode yang dilakukan untuk melakukan suatu pekerjaan (mengajar), bukanlah
penentu utama bagi keefektifan dalam bekerja.” Akan tetapi kualitas kepribadian
seseorang akan mempengaruhi hasil kinerja seorang guru di lapangan. (Surya,
2013:62)
Kepribadian (personality)
merupakan ciri-ciri khas seseorang yang di manifestasikan melalui pola tingkah
laku atau cara dia merespon yang konsisten dalam situasi-situasi termasuk
relasinya dengan lingkungan. Tingkah laku atau sikap ini akan lebih kelihatan
dalam cara=cara mereka berinteraksi dengan orang lain (peserta didik). Seperti
menampilkan sikap simpati, empati (merupakan sikap untuk dapat memahami apa
yang sedang dipikirkan dan dirasakan
orang lain), terbuka, berwibawa, bertanggung jawab, dan mampu membuat
penilaian terhadapat diri diri sendiri. Semua sikap tersebut seharusnya dapat
dikembangkan oleh guru dalam bekerja dan dalam kehidupannya, untuk dapat
memiliki kepribadian yang sehat.
Kepribadian yang sehat, akan
dapat menghasilkan kepribadian produktif. Kepribadian produktif sebagaimana
dikemukakan oleh M.D. Dahlan (Kartadinata, 2011:40) mengemukakan bahwa
kepribadian produktif akan terwujud sebagai kecendrungan untuk:
a.
Mampu bekerja keras dan sungguh-sungguh serta
berusaha memperoleh hasil karya yang sebaik-baiknya.
b.
Mampu bekerja secara teratur dan tertib menurut
aturan tertentu.
c.
Mampu bekerja sendiri secara kreatif,tanpa menunggu
perintah sehingga mampu mengambil keputusan sendiri.
d.
Mampu bekerja sama secara bersahabat dengan orang
lain tanpa merugikan dirinya ataupun orang lain.
e.
Tanggap terhadap perubahan yang terjadi dilingkungan
baru.
f.
Ulet, dan
tekut bekerja tanpa mengenal lelah dan bosan.
g.
Mampu bergaul dan berpartisipasi dalam kegiatan
jenis lain.
Jadi,
kepribadian yang sehat itu atau produktif menyangkut masalah tanggung jawab,
kesadaran moral dan etika, kemasyarakatan maupun diri sendiri.
B.
Upaya Pengembangan Kepribadian Guru
Guru
profesiaonal adalah orang yang mempunyai kemampuan dan keahlian khusus dalam
bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru
dengan kemampuan maksimal. Dengan kata lain, guru professional adalah orang
yang terdidik dan terlatih dengan baik serta memiliki pengalaman yang kaya di
bidangnya.
Yang
dimaksud dengan terdidik dan terlatih bukan hanya memiliki pendidikan formal
tetapi juga harus menguasai berbagai strategi atau teknik dalam KBM serta
landasan-landasan kependidikan seperti tercantum dalam kompetensi guru. Berikut adalah upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam
pengembangan kepribadian guru:
1. Prinsip Keseimbangan Individu dan Sosial
Menurut Khursid Ahmad
(1981: 13), sebuah keunikan yang lain dari Islam adalah menciptakan
keseimbangan antara individualism dan kolektivisme (social). Agama Islam
percaya akan kepribadian individu, dan setiap individu secara pribadi
bertanggungjawab kepada Allah. Islam menjamin hak asasi individu, sehingga
perkembangan wajar dari kepribadian manusia merupakan salah satu tujuan pokok
dalam pendidikan.
Untuk menjadi guru yang
betul-betul sebagai tenaga profesional dibidang kependidikan, seorang guru
mempunyai kemampuan dalam berinteraksi dalam proses belajar mengajar, refleksi
sosial.
2. Istiqamah dalam bertindak
Istiqamah dalam arti yang
umum adalah bersikap teguh atau keteguhan berpegang kepada sesuatu yang
diyakini kebenarannya, dan tidak mau mengubah keyakinannya dalam keadaan bagai
manapuun baik dalam keadaan susah maupun senang, dalam keadaan sendiri maupun
bersama dengan orang lain.Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS Hud ayat 112,
yang artinya: “Maka tegakanlah pendirianmu
sebagaimana kamu diperintahkan”. Kalau pendirian sudah teguh, barulah
kebahagiaan hidup akan diperoleh, sebagaimana dalam firman Allah SWT Q.S An-Nur
ayat 51, yang artinya : “Ucapan
orang-orang apabila mereka diajak untuk menyelesaikan persoalan yang mereka
hadapi dengan hokum Allah dan Rasul-Nya hanyalah akan berkata: kami dengar dan
kami taati, mereka inilah orang-orang yang memperoleh kebaikan.”
Sikap istiqamah inilah
yang akan memberi ciri khas kepada pribadi yang melakukannya dan menyebabkan
orang menyegani dan menaruh rasa hormat.
Menurut A.M Fatwa (1996:
1), ada dua hal pokok yang dapat membentuk seseorang menjadi istiqamah, yaitu:
a. Berkaitan dengan keyakinan dan pendirian
yang pembinaannya adalah iman kepada Allah.
Iman yang subur tertanam dalam dada
akan menghasilkan keyakinan dan pendirian yang teguh serta tak tergoyahkan
sekalipun menghadapi berbagai macam cobaan dan intrik. Ia akan menumbuhkan
sikap tidak mudah putus asa dalam menegakkan dan memperjuangkan suatu
kebenaran.
b. Berkaitan dengan orientasi, gagasan dan
perilaku yang pembinaannya adalah akhlak yang baik.
Akhlak yang baik adalah sesuatu yang
menjadi tujuan agama Islam, yang merupakan kualitas terpuji dari ruhani
seseorang dalm menanggapi lingkungan.
Guru harus mempunyai sikap istiqamah dalam setiap
gerak langkahnya, karena kalau guru tidak mempunyai sikap istiqamah bagaimana
mungkin anak didiknya akan bersikap teguh dalam pendiriannya. Hal itu juga bias
berpengaruh terhadap lingkungan yang lebih luas lagi. Karena itu, sikap
istiqamah harus dimiliki oleh guru. Guru yang istiqamah akan bekerja dengan
hati-hati dan berhasil guna, baik terhadap anak didiknya maupun terhadap
lingkungan yang mengitarinya.
Sebagaimana
konsep Aa Gym (2003: 153) bahwa pendidikan yang baik adalah dengan mendidik diri
sendiri. Konsep tersebut dikenal dengan istilah 3M, yaitu
a. Mulailah dengan diri sendiri
Bagaimanapun juga kita tidak akan
mencapai nilai maksimal kalau tidak mengubah diri sendiri. Janagn menyuruh
orang lain sebelum kita menyuruh diri sendiri.
b. Mulailah dari hal yang kecil
Sesuatu yang besar pada hakikatnya
adalah sebuah rangkaian dari hal yang kecil.
c. Mulailah saat ini
Kita tidak tahu apakah kita masih
mempunyai waktu sampai besok pagi atau tidak. Kalau sudah tertanam perasaan
seperti itu, maka hari-hari yang kita jalani adalah hari-hari yang sangat
semangat.
3. Habit (kebiasaan diri)
Kebiasaan
adalah suatu kegiatan yang terus menerus dilakukan yang tumbuh dalam pikiran.
Pengembangan kebiasaan diri harus dilandasi dengan kesadaran bahwa usaha
tersebut membutuhkan proses yang panjang. Kebiasaan positif diantaranya menyapa
dengan ramah, memberikan pujian terhadap anak didik dengan tulus, menyampaikan
rasa simpati, menyampaikan rasa penghargaan kepada kerabat, teman sejawat, atau
peserta didik yang berprestasi, dan lain-lain.
Menilai
diri sendiri adalah sulit. Kecenderungan orang adalah menilai sesuatu secara
subjektif, dan bila menyangkut diri sendiri, orang akan mencari pembenaran atas
sikap perbuatannya. Menurut Aa Gym, kebiasaan diri yang harus dilakukan diantaranya:
a. Beribadah dengan benar dan istiqamah
b. Berakhlak baik
c. Belajar dan berlatih tiada henti
d. Bekerja keras dengan cerdas
e. Bersahaja dalam hidup
f. Bantu sesama
g. Bersihkan hati selalu
Itulah kebiasaan diri yang harus
dilakukan apalagi seorang guru yang menjadi public
figure ditengah-tengah anak didiknya, sudah barang tentu harus mempunyai
kebiasaan yang baik, supaya anak didiknya memberikan penilaian terbaik kepada
kita.
4. Keteladanan
Setiap tenaga kependidikan (guru dan
karyawan) di lembaga pendidikan harus memiliki tiga hal, yaitu:
a. Competency
menyangkut kemampuan dalam menjalankan tugas secara
profesional yang meliputi kompetensi materi (substansi), keterampilan, dan
metodologi.
b.
Personality menyangkut
integritas, komitmen, dan dedikasi
c. Religiusity
menyangkut pengetahuan, kecakapan, dan pengalaman di
bidang keagamaan.
Dengan ketiga hal
tersebut, guru akan mampu menjadi model dan mengembangkan keteladanan di
hadapan siswanya. Semua orang dalam komunitas sekolah harus mampu menjadi
teladan bagi peserta didik. Bahkan, pesrta didik yang senior harus menjadi
teladan bagi adik-adiknya.
Keteladanan yang
dikembangkan di sekolah adalah keteladanan secara total, tidak hanya dalam hal
yang bersifat normative saja seperti ketekunan dalam beribadah, kerapian,
kedisiplinan, kesopanan, kepedulian, kasih sayang, tetapi juga hal-hal yang
melekat pada tugas pokok atau tugas utamanya.
Membangun keteladan tidak
ubahnya seperti membangun kultur (budaya), watak, dan kepribadian. Pada awalnya
terasa sulit dan perlu perjuangan atau lebih tepatnya disebut juhad. Tetapi,
setelah terbentuk dan dirasakan manfaatnya, justru menjadi sebuah kebutuhan.
Keteladanan adalah kunci
keberhasilan, termasuk keberhasilan seorang guru dalam mendidik peserta
didiknya. Contoh dan teladan lebih bermakna daripada seribu perintah dan
larangan. Syair arab mengatakan,”Qawul ulhal affsaah min lisaani ‘i-maqaal”
(keteladanan lebih fasih daripada perkataan). Dengan keteladanan guru, siswa
akan menghormatinya, memperhatikan pelajaran. Inilah implementasi etika religius
dalam proses pembelajaran yang sungguh mampu menggerakan pikiran, emosi, dan
nurani siswa meraih keberhasilan. Implementasi etika religius itu harus dimulai
dari yang paling atas, yaitu kepala sekolah.
Selain harus memiliki
kepribadian yang baik, seorang guru pun harus mengembangkan potensi dirinya
dengan baik. Sebagimana telah dibahas sebelumnya bahwa aspek kepribadian
mencakup pula pada pengembangan kepribadian. Artinya, untuk mengembangkan
kepribadiannya, sudah tentu seorang guru harus pula melakukan pengembangan
diri.
Pengembangan diri adalah
penyemaian potensi diri sendiri. Pengembangan diri, ibarat bibit yang perlu
disemaikan dulu baru bias ditanam. Guru, selayaknya manusia kebanyakan,
memiliki potensi dasar untuk dikembangkan dan yang lebih utama mengembangkan
diri, seperti potensi fisik, intelektual, emosional, empati, spiritual, moral,
kata hati, dan lain-lain.
Guru dan orang-orang
profesional memilih aktivitas kesehariannya untuk meningkatkan mutu pribadi
pada area-area kunci secara intelektual, fisikal, rasional, emosional, dan
spiritual. Banyak orang, mungkin juga memandang keseharian ini secara minor.
Tetapi, seorang guru yang bijak akan mengatakan, “Daily goals are reached by doing things which may be uncomfortable at
first but eventually will become habits.” Banyak hal yang rasanya sangat
sukar memulainya, namun jika dilakukan secara sadar, konsisten, dan bermakna
akan menjadi kebiasaan. Kebiasaan merupakan sesuatu yang memiliki energy yang
luar biasa.
Mengikuti pemikiran John
C. Maxwell, berikut ini disajikan tawaran untuk meningkatkan mutu diri sendiri
(pengembangan potensi diri) bagi guru, dari hari ke hari, yaitu:
1. Jangan takut berbuat kesalahan
Berbuat salah itu paling
potensial dialami oleh guru yang kreatif. Tidak berbuat juga salah. Manusia
lebih banyak didewasakan oleh pengalaman berbuat salah ketimbang berbuat benar.
Orang kreatif sangat mungkin sukses besar karena satu keberhasilan dari ratusan
tindakan coba-coba. Orang kreatif melihat kegagalan sebagai tindakan tidak
berani mencoba. Tidak ada seorang pun akan tumbuh dewasa, tanpa berani berbuat
salah
Tentu
saja, hanya manusia abnormal yang selalu berbuat salah atau sengaja bertindak
salah. Lebih baik berbuat sepuluh kali dengan empat kesalahan, ketimbang hanya
berbuat dua kali dengan satu kesalahan. Kenali kesalahan-kesalahan keseharian
kita untuk meningkatkan kebijakan hari ini lebih baik ketimbang hari kemarin.
Jika, guru tidak pernah mau berbuat salah, dia tidak mungkin akan berkembang.
Guru tidak akan menjadi bijaksana tanpa mau mencoba hal baru.
2. Mengubah kehidupan dengan cara mengubah
sesuatu yang dikerjakan keseharian
Banyak orang, termasuk
guru mengklaim telah melakukan perubahan-perubahan besar dalam kehidupannya.
Klaim ini sah adanya. Aspek-aspek tertentu dalam kehidupan kita memang harus
diubah, selayaknya mobil turun mesin (Significant
overhaul). Ada juga orang yang tidak mendambakan perubahan-perubahan besar
pada waktu singkat, melainkan melakukan perubahan-perubahan kecil secara
konsisten.
Inilah yang dimaksud
dengan perubahan yang continue dari hari ke hari. Hanya air yang menetes dengan
konsisten yang dapat membuat batu sampai berlubang. Batu tidak berlubang dengan
arus aur yang deras. Lebih baik melakukan perubahan-perubahan kecil yang
terencana daripada bernafsu melakukan perubahan-perubahan besar secara
angina-anginan.
3. Merumuskan harapan yang realistic
bagi perbaikaan diri
Pekerjaan guru
bias sulit, bisa juga gampang. Dipandang sulit, jika dia benar-benar ingin
menjadikan siswanya manuasia yang bermutu ssecara pengetahuan, keterampilan,
dan sikap. Dipandang mudah, kalau dia memposisikan tugasnya sebatas kewajiban
mengajar dan kedinasan.
Disinilah esensi seorang
guru harus mengembangkan diri secara continue dengan harapan yang realistik.
Ian MacGregor pernah mengatakan, “I work
on the same principle as people who train horses.” Prinsip bekerjanya
selayaknya melatih seekor kuda. Memulai pekerjaan dengan pelan-pelan dan
kelembutan, akan mempermudah capaian hasil (star
with low fences, easily achieved goals), kemudian pekerjaan itu dilakukan
secara continue dengan pola meningkatkan intensitas.
4.
Perubahan
yang continue untuk perbaikan yang continue
Perubahan merupakan
sebuah keabadian, seperti halnya ketidak pastian itulah yang hamper dipastikan
ada. Perubahan yang continue adalah esensial bagi perbaikan secara continue.
5.
Motivasi
penggerak utama, kebiasaan menjaga perjalanannya
Motivasi mendorong
seseorang untuk bergerak dan kebiasaan mendorong motivasi itu terus berjalan.
Guru yang berkomitmen untuk menegakan disiplin akan menjelma menjadi kebiasaan,
dan dia tetap menjaga disiplin itu secara continue.
6.
Jaangan
selalu menuntut hasil segera
Banyak pekerjaan yang
harus segera diwujudkan dan dinikmati hasilnya menjadi fakta disekitar
kehidupan kita, namun demikian, bermental instan untuk selalu memperoleh hasil
segera dan hanya ingin mengerjakan pekerjaan sejenis ini, membahayakan. Guru
tidak diperbolehkan “main kayu” secara pukul rata untuk menegakkan disiplin
siswa.
Pada sebagian siswa,
disiplin harus dibentuk melalui pembiasaan. Sebagian orang sangat mungkin
terobsesi dengan pekerjaan besar dan cepat. Mereka melihat dan mencari jalan
pintas atau cara cepat. Sesungguhnya, perbaikan diri harus berlangsung
sepanjang waktu dan dimulai pada masa lampau.
7.
Fokus
Bagaimana caranya menyelesaikan
pekerjaan yang kompleks, misalnya ratusan item yang membentuk sebuah item?
Caranya, berfokuslah dari awal dan terus mencari focus pekerjaan sampai akhir,
hingga selesai. Cara lainnya, putuskan mana yang paling penting harus
dikerjakan, kemudian berfokuslah kepada yang paling penting itu, untuk kemudian
menyelesaikan yang paling penting lainnya.
8.
Alokasikan
80 persen waktu kerja berbasis pada kekuatan anda
Prestasi besar bukanlah
sebuah keberuntungan, kecuali yang bersifat probabilitas semata. Prestasi besar
hanya akan dicapai oleh pekerja keras. Untuk mencapai prestasi yang hebat atau
juara, guru dan siswa harus menjadi pekerja keras . investasikanlah energy yang
dimiliki diri sendiri, sekitar 80 persen untuk mrncapai prestasi besar.
Guru harus menakar
kekuatan dan kelemahannya, dan mengantisipasi peluang dan ancamannya. Gunakan
kekuatan untuk menemukan peluang dan reduksilah kelemahan untuk mengantisipasi
ancaman. Bekerjalah pada alur yang benar, sehingga usaha keras hari ini akan
menjadikan kejayaan besoknya.
Upaya pengembangan diri tidak instan. Perlu tindakan
bertahap dan continue bagi seseorang untuk mengoptimasi pengembangan dirinya.
Menurut Andrie Wongso, tahap-tahap pengembangan diri terdiri dari empat tahap,
yaitu:
1. Mengenali diri sendir
2. Memposisikan diri
3. Mendobrak diri
4. Aktualisasi diri
Keberhasilan
mengenali diri sendiri akan memudahkan tindakan diri. Kenalilah dirimu,
kemudian berkaryalah. Setelah menganalisis diri dengan seksama, kemudian kita
mampu menemukan kekuatan personal kita seperti kreativitas, semangat
berinovasi, ketajaman analisis, kemampuan menemukan peluang, penerimaan
terhadap hal-hal baru, semangat belajar yang tinggi, serta cita-cita atau
tujuan-tujuan pribadi yang mulia. Tetapi disisi lain, mungkin saja kita merasa
memiliki kelemahan, seperti kurang disiplin, tidak fokus, kurang konsisten,
tidak berani mencoba, atau tidak berani ambil resiko.
Dengan
mengenal diri sendiri, seseorang akan memposisikan dirinya, sehingga dalam
bekerja tidak “lebih besar pasak daripada tiang”, atau bekerja “ibarat pungguk
merindukan bulan.” Tentu saja guru tidak boleh pasrah pada keadaan, ketika dia
mengetahui bahwa sejawatnya secara relative lebih baik dibandingkan dengan
dirinya. Kelemahan daya tangkap, misalnya, dapat diatasi dengan memperpanjang
waktu belajar. Teori belajar tuntas memesankan, seorang siswa akan dapat
menguasai materi pelajaran, jika dia mau da nada waktu. Kesulitan guru dalam
“memahamkan” materi pembelajaran kepada siswa, dapat diatasi dengan kemauan,
ketekunan, dan kesediaan mengalokasikan waktu untuk itu. Kekuatan fisik yang
kurang bagus dapat ditanggulangi dengan kesabaran dan ketekunan untuk
mengalokasikan waktu kerja lebih lama.
Guru
tidak boleh membiarkan diri larut pada keadaan. Lakukanlah aksi mendobrak diri
sendiri untuk membuat kejutan. Aktualisasikanlah rencana menjadi pelaksanaan.
Terjemahkan alam pikiran bawah sadar untuk melahirkan tindakan-tindakan besar
demi prestasi dibidang pendidikan dan pembelajaran.
DAFTAR RUJUKAN
Danim,
Sudarwan. Profesionalisasi dan Etika
Profesi Guru. (Bandung: Alfabeta, 2010)
Rochman,
Chaerul dan Heri Gunawan. Pengembangan
Kompetensi Kepribadian Guru. (Bandung: Nuansa, 2016)
Suhada,
Idad. Kompetensi Kepribadian Guru. (Bandung:
2016)