LINGKUNGAN SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN

A.      Pendahuluan

Penggunaan media grafis, tiga dimensi, dan proyeksi. Pada dasarnya memvisualkan fakta, gagasan, kejadian, peristiwa dalam bentuk tiruan dari keadaan sebenarnya untuk dibahas di dalam kelas dalam membantu proses pengajaran. Di lain pihak guru dan siswa bisa mempelajari keadaan sebenarnya di lain pihak guru dan siswa bisa mempelajari keadaan sebenarnya di luar kelas dengan menghadapkan para siswa kepada lingkungan yang aktual untuk dipelajari, diamati dalam hubungannya dengan proses belajar dan mengajar. Cara ini lebih bermakna disebabkan para siswa dihadapkan dengan peristiwa dan keadaan yang sebenarnya secara alami, sehingga lebih nyata, lebih bermakna disebabkan para siswa kepada lingkungan yang aktual untuk dipelajari, diamati dalam hubungannya dengan proses belajar dan mengajar. Cara ini lebih bermakna disebabkan para siswa dihadapkan dengan peristiwa dan keadaan yang sebenarnya secara alami, sehingga lebih nyata, lebih faktual dan kebenarannya lebih dapat dipertanggung jawabkan.

 

B.       Pembahasan

Membawa kelas atau para siswa keluar kelas dalam rangka kegiatan belajar tidak terbatas oleh waktu. Artinya tidak selalu memakan waktu yang lama, tapi bisa saja dalam satu atau dua jam pelajaran bergantung kepada apa yang akan dipelajarinya dan bagaimana cara mempelajarinya. Banyak keuntungan yang diperoleh dari kegiatan mempelajari. Banyak keuntungan yang diperoleh dari kegiatan mempelajari lingkungan dalam proses belajar antara lain:

a)    Kegiatan belajar lebih menarik dan tidak membosankan siswa duduk di kelas berjam-jam, sehingga motivasi belajar siswa akan lebih tinggi.

b)   Hakikat belajar akan lebih bermakna sebab siswa dihadapkan dengan situasi dan keadaan yang sebenarnya atau bersifat alami.

c)    Bahan-bahan yang dapat dipelajari lebih kaya serta lebih faktual sehingga kebenarannya lebih akurat.

d)   Kegiatan belajar siswa lebih komperhensif dan lebih aktif sebab dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti seperti mengamati, bertanya atau wawancara, membuktikan atau mendemonstrasikan, menguji fakta, dan lain-lain.

e)    Sumber belajar menjadi lebih kaya sebab lingkungan yang dapat dipelajari bisa beraneka ragam seperti lingkungan sosial, lingkungan alam, lingkungkungan buatan, dan lain-lain.

f)    Siswa dapat memahami dan menghayati aspek-aspek kehidupan yang ada di lingkungannya, sehingga dapat membentuk pribadi yang tidak asing dengan kehidupan di sekitarnya, serta dapat memupuk cinta lingkungan.

Oleh sebab itu lingkungan di sekitarnya harus dioptimalkan sebagai media dalam pengajaran dan lebih dari itu dapat dijadikan sumber belajar para siswa. Berbagai bidang studi yang dipelajari siswa di sekolah hambir bisa di pelajari dari lingkungan seperti ilmu-ilmu sosial, ilmu pengetahuan alam, bahasa, kesenian, keterampilan, olah raga kesehatan, kependudukan, ekologi, dan lain-lain.

Masih ada sebagian pendidik  yang beranggapan  bahwa media pembelajaran selalu berkaitan dengan peralatan elektronik atau peralatan canggih yang mahal harganya seperti Laptop dan multimedia. Anggapan seperti itu merupakan pandangan yang terlalu sempit terhadap makna  media pembelajaran.   Sesungguhnya,  media pembelajaran sangat banyak jenis dan jumlahnya.  Mulai dari jenis media yang paling sederhana  dan murah,  hingga jenis media yang   canggih dan mahal.  Ada media  buatan pabrik, ada pula jenis media yang dapat dibuat sendiri oleh guru. Bahkan banyak pula jenis media  yang telah tersedia di lingkungan sekitar kita yang langsung dapat kita gunakan untuk keperluan pembelajaran.Oleh karena itu,  seharusnya tidak ada lagi guru yang  enggan menggunakan media pembelajaran karena alasan ketiadaan biaya.   Mengapa?  Karena begitu  banyak jenis media  belajar  yang dapat kita peroleh secara mudah dan murah di sekitar kita.  Yang diperlukan adalah kemauan, kejelian dan kreatifitas kita selaku guru  dalam memilih dan mendayagunakan potensi berbagai sumber dan media belajar yang ada di sekeliling kita. Hal inilah yang dimaksud dengan lingkungan sebagai media pembelajaran. Belajar dialam terbuka,ditepi sungai, ditepi laut,didalam kebun,dihalaman sekolah dan diberbagai tempat yang ada dipenjuru bumi ini dapat dilakukan pembelajaran yang menarik minat dan motivasi siswa untuk belajar. Alam menyediakan segalanya,tergantung kemauan dan kepiawaian guru dalam memilih dan memanfaatkannya sebagai media.

Beberapa kelemahan dan kekurangan yang sering terjadi dalam pelaksanaannya berkisar pada teknis pengaturan waktu dan kegiatan belajar. Misalnya:

a)    Kegiatan belajar kurang dipersiapkan sebelumnya yang menyebabkan pada waktu siswa dibawa ke tujuan tidak melakukan kegiatan belajar yang diharapkan sehingga ada kesan main-main. Kelemahan ini dapat diatasi dengan persiapan yang matang sebelum kegiatan itu dilaksanakan. Misalnya menentukan tujuan belajar yang diharapkan dimiliki siswa, menentukan cara bagaimana siswa mempelajarinya, menentukan apa yang harus di pelajarinya, berapa lama dipelajari, cara memeperoleh informasi, mencatat hasil yang diperoleh, dan lain-lain.

b)   Ada kesan dari guru dan siswa bahwa kegiatan mempelajari lingkungan memerlukan waktu yang cukup lama, sehingga menghabiskan waktu untuk belajar di kelas. Kesan ini keliru sebab kunjungan ke kebun sekolah untuk mempelajari keadaan tanah, jenis tumbuhan, dan lain-lain cukup dilakukan beberapa menit, selanjutnya kembali ke kelas untuk membahas lebih lanjut apa yang telah dipelajarinya.

c)    Sempitnya pandangan guru bahwa kegiatan belajar hanya terjadi di dalam kelas. Ia lupa bahwa tugas belajar siswa dapat dilakukan di luar jam kelas atau pelajaran baik secara individual maupun kelompok dan satu di antaranya dapat dilakukan dengan mempelajari kedaan lingkungannya.

 

1.        Teknik Menggunakan Lingkungan

Ada beberapa cara bagaimana mempelajari lingkungan sebagai media dan sumber belajar.

Cara pertama dengan survey, yakni siswa mengunjungi lingkungan seperti masyarakat setempat untuk memepelajari proses sosial, budaya, ekonomi, kependudukan, dan lain-lain. Kegiatan belajar dilakukan siswa melalui observasi, wawancara dengan beberapa pihak yang dipandang perlu, mempelajari data atau dokumen yang ada, dan bersama dan disimpulkan oleh guru dan siswa untuk melengkapi bahan pengajaran. Pengajaran yang dapat dilakukan untuk kegiatan survey terutama bidang studi ilmu sosial dan kemasyarakatan, seperti ekonomi, sejarah, kependudukan, hukum, sosiologi, antropologi, dan kesenian.

Cara kedua, dengan kamping atau berkemah. Kemah memerlukan waktu yang cukup sebab siswa harus dapat menghayati bagaimana kehidupan alam seperti suhu, iklan, suasana, dan lain-lain. Kemah cocok untuk mempelajari ilmu pengetahuan alam, ekologi, biologi, kimia, dan fisika. Siswa dituntut merekam apa yang ia alami, rasakan, lihat dan kerjakan selama kemah berlangsung. Hasilnya dibawa ke sekolah untuk dibahas dan dipelajari bersama-sama.

Cara ketiga adalah field trip atau karyawisata. Dalam pengertian pendidikan karyawisata adalah kunjungan siswa keluar kelas untuk mempelajari objek tertentu sebagai bagian integral dari kegiatan kurikuler di sekolah. Sebelum karyawisata dilakukan siswa, sebaiknya direncanakan objek yang akan dipelajari dan cara mempelajarinya serta kapan sebaiknya dipelajari.

Objek karyawisata harus relevan dengan bahan pengajaran misalnya musium untuk pelajaran sejarah, kebun binatang untuk pelajaran ilmu bumi dan kebudayaan, peneropongan bintang di lembang untuk fisika dan astronomi. Karyawisata di samping untuk kegiatan belajar sekaligus juga rekreasi yang mengandung nilai edukatif. Karyawisata sebaiknya dilakukan pada akhir semester atau catur wulan dn dikaitkan dengan keperluan pengajaran dari berbagai bidang studi secara bersama-sama dan dibimbing oleh guru bidang studi yang bersangkutan.

Cara keempat dengan praktek lapangan. Praktek lapangan dilakukan oleh para siswa untuk memperoleh keterampilan dan kecakapan khusus. Siswa SPG diterjunkan ke sekolah dasar untuk melatih kemampuan sebagai guru di sekolah. Siswa SMEA dikirimkan ke perusahaan untuk mempelajari dan mempraktekkan pembukuan, akuntansii dan lain-lain. Siswa STM diterjunkan ke pabrik-pabrik untuk melatih kamahirannya dalam bidang-bidang tertentu sesuai dengan keahlian yang dipelajarinya. Dengan demikian praktek lapangan berkenaan dengan keterampilan tertentu sehingga lebih tepat untuk sekolah-sekolah kejuruan.

Cara kelima mengundang manusia sumber atau nara sumber. Berbeda dengan cara yang telah dijelaskan sebelumnya, pengguanaan nara sumber merupakan kebalikannya. Jika pada cara sebelumya kelas dibawa ke masyarakat, pada nara sumber mengundang tokoh masyaraakt ke sekolah untuk memberikan penjelasan mengenai keahlian di hadapan para siswa. Misalnya, mengundang dokter untuk menjelaskan berbagai penyakit, petugas pertanian untuk menjelaskan cara bercocok tanam, dan lain0lain. Nara sumber yang di undang harus relevan dengan kebutuhan belajar sehingga apa yang diberikan oleh nara sumber dapat memperkaya materi yang diberikan guru di sekolah. Kriteria nara sumber dilihat dari keahliannya dala suatu bidang tertentu yang diperlukan bukan jabatannya atau kedudukannya.

Cara keenam melalui proyek pelayanan dan penghasilan dan pengabdian pada masyarakat. Cara ini dilakukan apabila sekolah (guru dan siswa secara bersama-sama melakukan kegiatan memberikan bantuan kepada masyarakat seperti pelayanan, penyuluhan, partisipasi dalam kegiatan masyarakat, dan kegiatan lain yang diperluakan). Proyek pelayanan pada masyarakat mengandung manfaat yang baik bagi para siswa maupun bagi masyarakat setempat. Bagi siswa merupakan penerapan atau mencoba melakukan kegiatan sehubungan dengan kecakapan belajarnya dalam bidang tertentu sedangkan bagi masyarakat setempat. Bagi siswa merupakan penerapan atau mencoba melakukan kegiatan lain yang diperlukan). Proyek pelayanan pada masyarakat mengandung manfaat yang baik bagi para siswa maupun bagi masyarakat setempat. Bagi siswa merupakan penerapan atau atau mencoba melakukan kegiatan sehubungan dengan kecakapan belajarnya dalam bidang tertentu sedangkan bagi masyarakat dirasakan manfaatnya sebab secara langsung turut memperbaiki keadaan yang menjadi garapan masyarakat itu sendiri. Misalnya para siswa membantu memberikan pelayanan posyandu, perbaikan jembatan, jalan-jalan, kebersihan lingkungan, penyuluhan KB dan lain-lain.

Enam cara yang telah dikemukakan tersebut tidak hanya bermanfaat bagi proses belajar siswa namun lebih dari itu dapat digunakan sebagai media kerja sma sekolah dengan masyarakat. Hubungan sekolah dengan masyarakat sangatlah penting salam dunia pendidikan agar memperoleh masukan-masukan bagi program pendidikan gar lebih relevan dengan kebutuhan masyarakat serta memperkaya lingkungan belajar para siswa di sekolah.

 

2.        Jenis Lingkungan Belajar

Dari semua lingkungan masyaratkat yang dapat digunakan dalam proses pendidikan dan pengajaran secara umum dapat dikategorikan menjadi tiga macam lingkungan belajar yakni lingkungan sosial, lingkungan alam dan lingkungan buatan.

a)      Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial sebagai sumber belajar berkenaan dengan interaksi manusia dengan kehidupan bermasyarakat, seperti organisasi sosial, adat dan kebiasaan, mata pencaharian, kebudayaan, pendidikan, kependudukan, struktur pemerintahan, agama dan sistem niali. Lingkungan sosial tepat digunakan untuk mempelajari ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan. Dalam praktek pengajaran penggunaan lingkungan sosial sebagai media dan sumber belajar hendaknya dimulai dari lingkungan yang paling dekat, seperti keluarga, tetangga, rukun tetangga, rukun warga, kampung, desa, kecamatan dan seterusnya. Hal ini disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku dan tingkat perkembangan anak didik.

b)      Lingkungan Alam

Lingkungan alam berkenaan dengan segala sesuatu yang sifatnya alamiah seperti keadaan geografis, iklim, suhu udara, musim, curah hujan, flora (tumbuhan), fauna (hewan), sumber daya alam (air, hutan, tanah, batu-batuan dan lain-lain). Lingkunga alam tepat digunakan untuk bidang studi Ilmu Pengetahuan Alam.

Mengingat sifat-sifat dari gejala alam relatif tetap tidak seperti dalam lingkungan sosial, maka akan lebih mudah dipelajari para siswa. Siswa dapat mengamati dan mencatatnya secara pasti, dapat mengamati perubahan-perubahan yang terjadi termasuk prosesnya dan sebagainya. Gejala lain yang dapat dipelajari adalah kerusakan-kerusakan lingkungan alam termasuk faktor penyebabnya seperti erosi, penggundulan hutan, pencemaran air, tanah, udara dan sebagainya.

c)      Lingkungan Buatan

Di samping lingkungan soasial dan lingkungan alam yang sifatnya alami, ada juga yang disebut lingkungan buatan yakni lingkungan yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Lingkungan buatan antara lain irigasi atau pengairan, bendungan, pertamanan, kebun binatang, perkebunan, dan pembangkit tenaga listrik.

Siswa dapat mempelajari lingkungan buatan dari berbagai aspek seperti prosesnya, pemanfaatannya, fungsinya, pemeliharaannyadaya dukungannya, serta aspek lain yang berkenaan dengan pembangunan dan kepentingan manusia dan masyarakat pada umumnya. Lingkungan buatan dapat dikaitkan dengan kepentingan berbagai bidang studi yang diberikan di sekolah.

Ketiga lingkungan belajar di atas dapat dimanfaatkan sekolah salam proses belajar-mengajar melalui perencanaan yang seksama oleh para guru bidang studi baik secara tugas mandiri maupun kelompok. Penggunaan lingkungan belajar dapat dilaksanakan dalam jam pelajaran bidang studi di luar jam pelajaran dalam bentuk penugasan kepada siswa atau dalam waktu khusus yang sengaja disiapkan pada akhir semester, atau pertengahan semester. Teknis penggunaan lingkungan belajar hendaknya ditempatkan sebagai media maupun sebagai sumber belajar dalam hubunganya dengan materi bidang studi yang relevan. Dengan demikian lingkungan dapat berfungsi untuk memperkaya materi pengajaran, memperjelas prinsip dan konsep uang dipelajari dalam bidang studi dan bisa dijadikan sebagai laboratorium belajar para siswa.

 

3.        Langkah dan Prosedur Penggunaan

Menggunakan lingkungan sebagai media dan sumber belajar dalam proses pengajaran memerlukan persiapan dan perncanaan  yang saksama dari para guru. Tanpa perencanaan yang matang kegiatan belajar siswa bisa tidak terkendali, sehingga tujuan pengajaran tidak tercapai dan siswa tidak melakukan kigiatan belajar yang diharapkan.

Ada beberapa langkah yang harus ditempuh dalam menggunakan lingkungan sebagai media dan sumber belajar, yakni langkah persiapan, pelaksanaan dan tindak lanjut.

Langkah persiapan

Ada beberapa prosedur yang harus di tempuh pada langkah persiapan ini, antara lain:

1)   Dalam hubungannya dengan bidang studi tertentu, guru dan siswa menentukan tujuan belajar yang diharapkan diperoleh para siswa berkaitan dengan penggunaan lingkungan sebagai media dan sumber belajar. Misalnya siswa dapat menjelaskan proses kerja pembangkit listrik tenaga air. Atau siswa dapat menjelaskan struktur pemerintahan tingkat kecamatan. Siswa dapat mengidentifikasi sebagai jenis tumbuhan dan hewan di daerahnya.

2)   Tentukan objek yang harus dipelajari dan dikunjungi. Dalam menetapkan objek kunjungan tersebut hendaknya diperhatikan relevansi dengan tujuan belajar, kemudahan menjangkaunya misalnya cukup dekat dan murah perjalannya, tidak memerlukan waktu yang lama, tersedianya sumber-sumber belajar, keamanan bagi siswa dalam mempelajarinya serta memungkinkan untuk dikunjungi dan dipelajari para siswa.

3)   Menentukan cara belajar siswa pada saat kunjungan dilakukan. Misalnya mencatat apa yang terjadi, mengamati suatu proses, bertanya atau wawancara dengan petugas dan apa yang harus ditanyakannya, melukiskan atau menggambarkan situasi baik berupa peta, sketsa dan lain-lain, kalau mungkin mencobanya dan kegiatan lain yang dianggap perlu. Disamping itu ada baiknya siswa dibagi menjadi bebeerapa kelompok dan setiap kelompok diberi tugas khusus dalam kegiatan belajarnya.

4)   Guru dan siswa mempersiapkan perizinan bila diperlukan. Misalnya membuat dan mengirimkan surat permohonan untuk mengunjungi objek tersebut agar mereka dapat mempersiapkannya. Dalam surat tersebut dijelaskan kegiatan belajar dan tujuan yang diharapkan dari kunjugnan tersebut. Hal ini penting agar petugas di sana mempersiapkan bahan-bahan yang diperlukan.

5)   Persiapan teknis yang diperlukan untuk kegiatan belajar, seperti tata tertib di perjalanan dan di tempat tujuan, perlengkapan belajar yang harus dibawa, menyusun pertanyaan yang akan diajukan, kalau ada kamera untuk mengambil foto, transfortasi yang digunakan, biaya, makanan atau pembekalan, per;engkapan P3K.

 

Langkah pelaksanaan

Pada langkah ini adalah melakukan kegiatan belajar di tempat tujuan sesuai dengan rancana yang telah dipersiapkan. Biasanya kegiatan belajar diawali dengan penjelasan petugas mengenai objek yang dikunjungi sesuai dengan permintaan yang telah disampaikan sebelumnya. Dalam penjelasan tersebut, para siswa bisa mengajukan beberapa pertanyaan melaluai kelompoknya masing-masing supaya waktunya bisa lebih hemat. Catatlah semua informasi yang diperoleh dari penjelasan tersebut. Setelah informasi diberikan oleh petugas, para siswa dengan bimbingan petugas melihat dan mengamati objek yang dipelajari. Dalam proses ini petugas memberi penjelasan berkenaan dangan cara kerja atau proses kerja, mekanismenya atau hal lain sesuai dengan objek yang dipelajarinya. Siswa bisa bertanya atau juga mempraktekan jika dimungkinkan serta mencatatnya. Berikutnya para siswa dalam kelompoknya mendiskusikan hasil-hasil belajarnya, untuk lebih melengkapi dan memahami materi yang dipelajarinya.

Akhir kunjungan dengan ucapan teimakasih kepada petugs dan pimpinan objek tersebut. Apabila objek kunjungan sifatnya bebas dan tak perlu ada petugas yang mendampinginya, seperti kemah, mempelajari lingkungan sosial dan lain-lain. Para siswa langsung mempelajari objek studi mencatat dan mengamatinya atau mengadakan wawancara dengan siapa saja yang mengusai persoalan.

 

Tindak lanjut

Tindak  lanjut dari krgiatan belajar butir b) di atas adalah kegiatan belajar di kelas untuk membahas dan mendiskusikan hasil belajar dari lingkungan. Setiap kelompok diminta melaporkan hasil-hasilnya untuk dibahas bersama.

Guru dapat meminta kesan-kesan yang diperoleh siswa dari kegiatan belajar tersebut, di samping menyimpulkan materi yang diperoleh dan dihubungkan dengan bahan pengajaran bidang studinya. Di lain pihak guru juga memberikan penilaian terhadap kegiatan belajar siswa dan hasil yang dicapainya. Tugas lanjutan dari kegiatan belajar tersebut dapat diberikan sebagai pekerjaan rumah, misalnya menyusun laporan yang lebih lengkap, membuat pertanyaan-pertanyaan berkenaan dengan hasil kunjungan, atau membuat karangan berkenaan dengan kesan-kesan yang diperoleh siswa dari kegiatan belajarnya.

Memperhatikan uraian di atas dapat disimpulkan penggunaan lingkungan sebagai media dan sumber belajar banyak manfaatnya baik dari segi motivasi belajar, aktifitas belajar siswa, kekayaan informasi yang diperoleh siswa, hubungan sosial siswa, pengenalan lingkungan, serta sikap dan apresiasi para siswa terhadap kondisi sosial yang ada di sekitarnya.

Proses pengajaran yang mengoptimalkan lingkungan sebagai media dan sumber belajar dikenal dengan pendekatan ekologis. Dalam upaya pembaharuan kurikulum melaluai kurikuum muatan lokal pendekatan lingkungan (ekologis) mutlak diperlakukan sehingga lingkungan di sekitarnya betul-betul menjadi tujuan dan sumber belajar para siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran.

 

C.    Kesimpilan

Lingkungan sebagai media dan sumber belajar para siswa dapat dioptimalkan dalam proses pengajaran untuk memperkaya bahan dan kegiatan belajar siswa di sekolah. Prosedur belajar untuk memanfaatkan lingkungan sebagai media dan sumber belajar ditempuh melalui beberapa cara antara lain survey, berkemah, karyawisata pendidikan, praktek lapangan, pelayanan pada masyarakat, manusia sumbeer. Ada tiga macam lingkungan belajar yakni lingkungan sosial, lingkungan alam, dan lingkungan buatan.

Agar penggunaan lingkungan sebagai media dan sumber belajar berhasil baik hendaknya dipersiapkan secara seksama melalui tiga tahapan kegiatan yakni tahap persiapan, pelaksanaan dan tindak lanjut. Dalam setiap tahapan di atas hendaknya dilibatkan guru dan siswa sehingga semua kegiatan belajar dan pemanfaatan lingkungan belajar menjadi tanggung jawab para siswa itu sendiri. 



DAFTAR RUJUKAN

Harjanto. (1997). Perencanaan Pengajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta

Suryani, Nunuk. (2012). Strategi Belajaran Mengajar. Yogyakarta: Penerbit Ombak

Nana Sudjana. (2011). MEDIA PEMBELAJARAN Penggunaan dan Pembuatannya. Bandung: Sinar Baru Algensindo

Azhar Arsyad. (2014). Media Pembelajaran.Depok: PT Rajagrafindo Persada

Mahnun, Nunu. (2012). Jurnal Pemikiran Islam. MEDIA PEMBELAJARAN (Kajian terhadap Langkah-lamgkah Pemilihan Media dan Impementasinya dalam Pembelajaran), 37, 27. Diambil dari ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/Anida/article/download/310/293

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak