Jakarta – Menteri Agama Republik Indonesia, Prof.
Dr. Nasaruddin Umar, baru-baru ini mencetuskan gagasan inovatif dalam dunia
pendidikan keagamaan dengan meluncurkan konsep Kurikulum Cinta.
Program ini bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai kasih sayang, toleransi, dan
kebersamaan sejak dini, guna menciptakan masyarakat yang harmonis dalam
keberagaman.
Konsep Kurikulum Cinta Kurikulum
Cinta tidak berdiri sebagai mata pelajaran tersendiri, melainkan diintegrasikan
ke dalam berbagai mata pelajaran yang sudah ada. Ada empat aspek utama yang
menjadi fokus dalam implementasinya:
1.
Cinta kepada Tuhan (Hablum Minallah):
Mendorong peserta didik untuk memperkuat hubungan spiritual dengan Tuhan
melalui pemahaman agama yang penuh kasih.
2.
Cinta kepada sesama manusia (Hablum Minannas):
Menanamkan sikap saling menghormati, toleransi, dan inklusivitas tanpa
memandang perbedaan agama maupun latar belakang.
3.
Cinta kepada lingkungan (Hablum Bi’ah):
Membangun kesadaran untuk menjaga dan melestarikan lingkungan sebagai bentuk
cinta kepada ciptaan Tuhan.
4.
Cinta kepada bangsa (Hubbul Wathan):
Menumbuhkan rasa nasionalisme dan kebanggaan terhadap budaya serta identitas
bangsa.
Implementasi di Dunia Pendidikan
Kementerian Agama berencana untuk mengintegrasikan Kurikulum Cinta ke dalam
sistem pendidikan Islam, seperti di madrasah dan pesantren, serta dalam
pendidikan agama di sekolah umum. Kurikulum ini akan diterapkan melalui metode
pembelajaran yang menekankan pengalaman nyata, refleksi, dan pembiasaan positif.
Di tingkat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD),
misalnya, nilai-nilai cinta akan diperkenalkan melalui permainan dan pembiasaan
perilaku baik, sementara di tingkat sekolah menengah, pendekatan berbasis
diskusi dan studi kasus akan lebih banyak digunakan.
Dampak yang Diharapkan Dengan
diterapkannya Kurikulum Cinta, diharapkan generasi muda Indonesia tumbuh
menjadi individu yang toleran, penuh kasih sayang, serta memiliki pemahaman
agama yang moderat. Program ini juga diharapkan dapat mengurangi potensi
intoleransi dan memperkuat harmoni sosial dalam kehidupan bermasyarakat.
Menteri Agama menegaskan bahwa Kurikulum Cinta
bukan hanya sekadar kebijakan pendidikan, tetapi juga merupakan upaya jangka
panjang untuk membangun bangsa yang lebih damai dan inklusif. “Jadi saya lagi menyusun Kurikulum Cinta. Apa
yang dimaksud kurikulum cinta? Begini, setiap kali, misalnya guru agama Islam
mengajarkan agama Islam yang paling benar, maka yang lainnya sesat. Jadi
seolah-olah penanaman kebencian terhadap orang beragama lain. Jadi nanti kalau
ada khutbah di situ, “matiin TV-nya, matiin radio-nya”, ya kan?”, ungkap Menag
Nasaruddin, Kamis (16/1/2025) ujar beliau dalam salah satu kesempatan.
Kurikulum ini kini tengah dalam tahap penyusunan
lebih lanjut dan akan segera disosialisasikan ke berbagai lembaga pendidikan di
seluruh Indonesia. Dengan dukungan dari berbagai pihak, Kurikulum Cinta
diharapkan menjadi langkah besar dalam menciptakan sistem pendidikan yang lebih
humanis dan penuh kasih sayang.