METODE PENDIDIKAN ISLAM

     A.    Pengertian Metode Pendidikan Islam

        Metode berasal dari Bahasa Yunani, yaitu metha dan hodos. Metha berarti melalui atau melewati dan hodos berarti jalan atau cara. Metode berarti jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam bahasa Arab, metode disebut thariqah.

        Para ahli memberikan beberapa definisi tentang metode mengajar sebagai berikut:

- Hasan Langgulung: “Metode mengajar adalah cara atau jalan yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan pengajaran.”

- Abd Rahman Ghunaimah: “Cara-cara yang praktis dalam mencapai tujuan pengajaran.”

- Al-Abrasyi: “jalan yang diikuti untuk memberikan pengertian kepada murid-murid tentang segala macam materi dalam berbagai pelajaran.” (Al-Abrasyi, tt: 257)

 

Metode mengajar yang umum dikenal dalam dunia pendidikan hingga sekarang adalah metode ceramah, metode diskusi, metode eksperimen, metode demonstrasi, metode pemberian tugas, metode sosiodrama, metode drill, metode kerja kelompok, metode tanya jawab, metode proyek, metode simulasi, metode karya wisata, dan lain sebagainya.

Semua metode ini digunakan berdasarkan kepentingan masing-masing, sesuai dengan pertimbangan bahan yang akan diberikan serta kebaikan dan keburukannya masing-masing. Dengan kata lain, pemilihan dan penggunaan metode tergantung pada nilai efektifitasnya. Selama tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip ajaran Islam, metode tersebut boleh dipergunakan dalam pendidikan Islam.

Metode pendidikan Islam adalah cara-cara yang digunakan dalam mengembangkan potensi peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan Islam. Karena pengajaran adalah bagian dari Pendidikan Islam, maka metode mengajar itu termasuk metode pendidikan, itu berarti bahwa masih ada metode-metode lain yang dapat digunakan dalam rangka membangun potensi peserta didik.

B.     Pendekatan Metode Pendidikan

            Perwujudan strategi pendidikan islam dapat dikonfigurasikan dalam bentuk metode pendidkan yang lebih luasnya mencakup pendekatan (approach). Untuk pendekatan pendidikan islam, dapat berpijak pada firman Allah SWTswbagai berikut :

Dari kedua firman Allah tersebut, Jalaluddin Rahmat (1979:117-119) dan Zainal Abidin Ahmad (1979:138-140) merumuskan pendekatan pendidikan islam dalam enam kategori, yaitu sebagai berikut.

1.      Pendekatan Tilawah (Pengajaran)

Pendekatan tilawah ini meliputi membacakan ayat-ayat Allah yang bertujuan memandang fenomena alam sebagai ayat-Nya, mempunyai keyakinan bahwa semua ciptaan Allah memiliki keteraturan yang bersumber dari Rabb Al-Alamin, serta memandang bahwa segala yang ada tidak diciptakan-Nya secara sia-sia belaka. Bentuk tilawah mempunyai indikasi tafakkur (berfikir) dan tadzakkur (berdzikir), sedangkan aplikasinya adalah pembentukan kelompok ilmiah, bimbingan ahli, kompetisi ilmiah dengan landasan akhlak islam, dan kegiatan-kegiatan ilmiah lainnya, misalnya penelitian, pengkajian, seminae dan sebagainya.

2.      Pendekatan Tazkiyyah (pemyucian)

Pendekatan ini meliputi menyucikan diri dengan upaya amar ma’ruf dan nahi munkar (tindakan proaktif dan tindakan reaktif). Pendekatan ini bertujuan untuk memelihara kebersihan diri dan lingkungannya, memelihara dan mengembangkan akhlak yang baik, menolak dan menjauhi akhlak tercela, berperan serta dalam memelihara kesucian lingkungannya. Indikator pendekatan ini adalah fisik, psikis, dan sosial. Aplikasi bentuk pendekatan ini adalah adanya gerakan kebersihan, kelompok-kelompok usrah, riyadhah keagamaan, ceramah, tabligh pemeliharan syiar islam, kepemimpinan terbuka, teladan pendidikan, serta pengembangan kontrol sosial (social control).

3.      Pendekatan Ta’lim Al-Kitab

Mengajarkan Al-Kitab (Al-Qur’an) dengan menjelaskan hukum halal dan haram. Pendekatan ini bertujuan untuk membaca, memahami, dan merenungkan Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai keterangannya. Pendekatan ini bukan hanya memahmi fakta, tetapi juga makna di balik fakta, sehingga dapat menafsirkan informasi secara kreatif dan produktif. Indikatornya adalah pembelajaran membaca Al-Qur’an, diskusi tentang Al-Qur’an di bawah bimbingan para ahli, memonitor pengkajian islam, kelompok diskusi, kegiatan membaca literatur islam, dan lomba kreativitas islami.

4.      Pedekatan Ta’lim Al-Hikmah

Pendekatan ini hampir sama dengan pendekatan Ta’alim Al-kitab, hanya saja bobot dan proporsi serta frekuensinya diperluas dan diperbesar. Indikator utama pendekatan ini adalah mengadakan perenungan (reflective thinking), reinovasi, dan interpretasi terhadap pendekatan Ta’lim Al-Kitab. Aplikasi pendekatan Ta’lim Al-Kitab. Aplikasi pendekatan Ta’lim Al-Hikmah dapat berupastudi banding antar lembaga pendidikan, antar lembaga pengkajian, antar lembaga penelitian, dan sebagainya sehingga terbentuk suatu konsesnsus umum yang dapat dipedomani oleh masyarakat islam secara konsensus umum yang dapat dipedomani oleh masyarakat Islam secara universal dan sebagai pembenahan atas tidak relevannya pendekatan Ta’lim Al-Kitab.

5.      Yu’allim-kum ma lam Takunu Ta’lamun

Suatu pendekatan yang mengajarkan suatu hal yang memang benar-benar asing dan belum diketahui, sehingga pendekatan ini membawa peserta didik pada suatu alam pemikiran yang benar-benar luar biasa. Pendekatan ini mungkin hanya dapat dinikmati oleh nabi dan rasul saja, seperti adanya mukjizat, sedangkan manusia biasa hanya bisa menikmati sebagian kecil. Indiktor pendekatan ini adalah penemuan teknologi canggih yang dapat membawa manusia pada penjelajahan ruang angkasa, sedangkan aplikasinya adalah mengembangkan produk teknologi yang dapat mempermudah dan membantu kehidupan manusia sehari-sehari.

6.      Pendekatan Ishlah (perbaikan)

Pelepasan beban dan belenggu-belenggu yang bertujuan memiliki kepekan terhadap penderitaan orang lain, sanggup menganalisis kepincangan-kepincangan yang lemah, memiliki komitmen memihak bagi kaum yang tertindas, dan berupaya menjembatani perbedaan paham. Di samping itu, pelepasan beban dan belenggu ini bertujuan memelihara ukhuwah islamiah dengan aplikasinya kunjungan ke kelompok dhua’fa, kampanye amal shaleh, kebiasaan bersedekah, dan proyek-proyek sosial, serta mengembangkan Badan Amil Zakat Infak dam Sedekah (BAZIS).

 C.    Asas-asas Metode Pendidikan Islam

Dalam kegiatan belajar mengajar, sudah merupakan suatu keharusan bagi seorang pendidik untuk memberikan pengaruh positif terhadap peserta didik supaya terciptanya kondisi lingkungan dan fisik peserta didik yang siap untuk belajar. Selain itu juga guru harus pandai mengelola kelas, diharapkan dapat menciptakan suasana belajar yang nyaman serta tidak membuat peserta didik terbawa suasana takut dan tegang ketika henda belajar.

            Asas (prinsip) merupakan sebuah pernyataan yang mendasar yang dijadikan pemikiran dan pedoman untuk bertindak. Asas merupakan sesuatu yang mendasar, tetapi bukan hal yang absolut, artinya dalam membangun asas haruslah mempertimbangkan berbagai hal dan keadaan yang sifatnya berubah-ubah.

            Sedangkan metode didefinisikan sebagai suatu cara yang dapat ditempuh secara sistematis. Asas metode pendidikan Islam merupakan suatu dasar atau pernyataan yang dijadikan sebagai dasar atau pedoman dalam mengajar dan mendidik peserta didik Islam dengan mempertimbangkan berbagai kemungkinan yang terjadi pada peserta didik (Andi, 2013).

            Asas-asas metode Pendidikan Islam diantaranya:

1.      Asas Motivasi

Dalam hal ini, di dalam dunia pendidikan peran seorang guru seyogyanya harus berusaha membangkitkan semangat belajar peserta didik yang terpusat pada bahan pelajaran yang disajikan

2.      Asas Aktivitas

Dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) berlangsung, peserta didik harus diberikan kesempatan menjadi pribadi yang berperan aktif baik dalam aspek rohani maupun jasmani terhadap pelajaran yang diberikan

3.      Asas Apersepsi

Apersepsi dapat berarti menafsirkan buah pikiran yang nantinya dapat menyatukan pemikiran dengan pengalaman yang dimiliki dan dengan demikian memahami serta menafsirkannya

4.      Asas Peragaan

Dalam cara mengajar, tentunya guru harus mempunyai banyak variasi metode dalam menyampaikan pelajaran kepada peserta didik dengan mewujudkannya pada bahan ajar yang  nyata

5.      Asas Ulangan

Oleh karena penguasaan pengetahuan yang kerap mudah terlupakan oleh peserta didik, pengetahuan yang berulang-ulang menjadi pengetahuan yang tetap berkesan dalam ingatan peserta didik dan dapat difungsikan dengan baik

6.      Asas Korelasi

Belajar mengajar mencakup berbagai dimensi yang kompleks serta saling berhubungan. sejatinya bagi seorang pendidik harus bias memandang peserta didik dalam artian bisa memahami peserta didik sebagai sejumlah daya yang dinamis yang senantiasa berinteraksi dengan lingkungan bahkan dunia untuk mencapai tujuan

7.      Asas Konsentrasi

Asas ini memfokuskan pada suatu pokok bahasan masalah tertentu dari suatu bahan pelajaran untuk melaksanakan tujuan pendidikan serta memerhatikan peserta didik dalam berbagai aspek

8.      Asas Individualisasi

Bagi pendidik, asas ini merupakan asas yang erat kaitannya dengan kompetensi social yang mana seorang pendidik harus mampu memerhatikan perbedaan individu baik pembawaan dan lingkungan yang meliputi seluruh pribadi peserta didik

9.      Asas Sosialisasi

Asas ini merupakan asas yang memerhatikan penciptaan suasana social yang dapat membangkitkan semangat kerja sama antara peserta didik dengan pendidik, ataupun dengan masyarakat

10.  Asas Evaluasi

Dalam asas evaluasi merupakan asas yang memperhatikan hasil dari pada penilaian terhadap kemampuan yang dimiliki peserta didik sebagai feedback pendidik dalam memperbaiki cara mengajar

11.  Asas Kebebasan

Dalam hal ini, pendidik memberikan kebebasan dan kelleluasaan keinginan serta tindakan bagi peserta didik tetapi dibatasi atas kebebasan yang mengacu kepada hal-hal yang positif

12.  Asas Globalisasi

Asas Globalisasi sebagai akibat pengaruh psikologis totalitas yakni peserta didik bereaksi terhadap lingkungan secara keseluruhan

13.  Asas Lingkungan

Asas Lingkungan merupakan metode dengan berpijak kepada pengaruh lingkungan sebagai akibat dari interaksi dengan lingkungan

14.  Asas Pusat-pusat Minat

Ini merupakan asas yang memerhatikan kecenderungan jiwa yang tetap berjurus kepada suatu hal yang berharga bagi seseorang. Apabila sesuai dengan kebutuhan, maka sesuatu dianggap berharga.

15.  Asas Keteladanan

Pada waktu tertentu, peserta didik cenderung memiliki minat belajar karena memiliki keinginan untuk meniru kebiasaan dan tingkah laku seseorang yang berada disekitarnya, salah satunya seorang pendidik yang utama yakni orang tua

16.  Asas Pembiasaan

Upaya dalam melaukan pembiasaan sikap dalam diri memang perlu dilakukan karena mengingat manusia merupakan makhluk yang memiliki sifat pelupa dan lemah. Maka dari itu, asas Pembiasaan memerhatikan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh peserta didik dalam belajar.

        D. Beberapa Metode Pendidikan Islam

            Muhammad Qutb dalam Manhaj at Trbiyah al Islamiyah (metode pendidikan Islam) dan Abdullah Nasih ‘Ulwan dalam Tarbiyatul Aulad fil Islam (Pendidikan anak dalam Islam), membagi metode pendidikan Islam dalam lima tahapan. Yang pertama adalah melalui keteladanan atau Qudwah. Kedua adalah dengan pembiasaan atau adah. Ketiga adalah melalui pemberian nasihat atau Mau’izhah. Keempat dengan melaksanakan mekanisme kontrol atau mulahadzah. Yan kelima dengan metode ppendidikan islam melalui sistem sangsi atau uqubah. Yang biasa disebut reward dan punishment. (A. Fatih Syuhud, 

Abdurrahman Aan-Nahlawi mengemukakan bahwa ada beberapa metode yang dipergunakan dalam pendidikan Islam, yaitu sebagai berikut,

1.      Pendidikan dengan Hiwar Qurani dan Nabawi;

2.      Pendidikan dengan Kisah Qurani dan Nabawi;

3.      Pendidikan dengan Perumpamaan;

4.      Pendidikan dengan Teladan;

5.      Pendidikan dengan Latihan dan Pengalaman

6.      Pendidikan dengan ‘Ibarah dan Mau’izhah;

7.      Pendidikan dengan Tabligh dan Tarhib.

Pendidikan denga Hiwar Qurani dan Nabawi

            Hiwar (dialog) ialah percakapan silih berganti antara dua pihak atau lebih melalui tanya jawab mengenai suatu topik yang mengarah pada suatu tujuan. Hiwar Qurani merupkan dialog yang berlangsung antara Allah dan hamba-Nya. Sedangkan Hiwar Nabawi adalah dialog yang digunakan oleh Nabi dalam mendidik sahabatnya.

Pendidikan dengan Kisah Qurani dan Nabawi

            Kisah mempunyai fungsi edukatif yang tidak dapat diganti dengan bentuk penyampaian lain dari bahasa. Hal ini disebabkan kisah qurani dan nabawi memiliki beberapa keistimewaan yang yang membuatnya mempunyai efek psikologis dan edukatif yang sempurna, rapi dan jauh jangkauannya seiring dengan perjalanan zaman.

Pendidikan dengan Perumpamaan

            Perumpamaan dilakuakan dengan menyamakan sesuatu dengan sesuatu yang lainyang kebaikan dan keburukannya telah diketahui secara umum, seperti menyerupakan orang-orang musyrik yang menjadikan pelindung selain Allah dengan laba-laba yang membuat rumahya (QS. Al Ankabut ayat 41)

            Tujuan pedagogis yang palingpenting yang dapat ditarik dari perumpamaan adalah

a.       Mendekatkan makna kepada pemahaman;

b.      Merangsang kesan dan pesan yang berkaitan dengan makna yang tersirat dalam perumpamaan tersebut;

c.       Mendidik akal supaya berpikir benar dan menggunakan kias (sillogisme) yang logis dan sehat;

d.      Menggerakkan perasaan yang menggugah kehendak dan mendorongnya untuk melakukan amal yang baik dan menjauhi kemungkaran. (An-Nahlawi, 1989: 355-362)

Pendidikan dengan Teladan

            Pendidikan dengan teladan dapat dilakuakan oleh pendidikan dengan menampilkan perilaku yang baik di depan peserta didik. Penampilan perilaku yang baik dapat dilakukan dengan sengaja maupun tidak sengaja.

            Keteladanan yang disengaja adalah keadaan sengaja yang dilakukan oleh pendidik agar diikuti atau ditiru oleh peserta didik, seperti membaca yang baik dan mengerjakan shalat yang benar, disertai penjelasaan atau perintah agar diikuti. Sedangkan teladan yang tidak disengaja ialah keteladanan dalam keilmuan, kepemimpinan, sifat keikhlasan, dan sebagainya.

Pendidikan dengan Latihan dan Pengalaman

            Latihan,yaitu dengan memberikan kesempatan kepada para sahabat untuk mempraktikkan cara-cara melakukan ibadah secara berulangkali.

Pendidikan dengan ‘Ibrah dan Mau’izhah

            ‘ibarah dilakukan dengan mengajak peserta didik  mengetahui inti sari suatu perkara yang disaksikan, diperhatikan, diinduksi, ditimbang-timbang, diukur, dan diputuskan oleh manusia secara nalar, sehingga kesimpulannya dapat mempengaruhi hati. Misal, peserta didik diajak merenungi kisah Nabi Yusuf yang dianiaya oleh saudara-saudaranya.

            Mau’izhah adalah pemberian nasihat dan peringatan akan kebaikan dan kebenaran dengan cara menyentuh qalbu dan menggugah untuk mengamalkannya. Mau’izhah dapat berupa nasihat atau pengingatan.

Pendekatan dengan Targhib dan Tarhib

            Targhib adalah janji yang diserai dengan bujukan dan membuat senang terhadap suatu maslahat. Sedangkan tarhib adalah ancaman dengan siksaan sebagi akibat melakukan dosa atau kesalahan yang dilrang oleh Allah atau karena lengah dari menjlankan kewajiban yang diperintahkan Allah.

            Mendidik dengan targhib adalah meyampaikan hal-hal yang menyenangkan kepada peserta didik agar ia mau melakukan sesuatu yang baik. Mendidik dengan tarhib adalah menyampaikan sesuatu yang tidak menyenangkan agar peserta didik melakukan sesuatu atau tidak melakukannya.


SUMBER RUJUKAN

Andi. (2013, 06 05). Andi. Retrieved from Andi: andimpi.blogspot.com/2013/06/asas-metode-pendidikan-islam.html?m=1

Syuhud, A. F. (n.d.). Pendidikan Islam Cara mendidik anak salih, smart dan pekerja keras. Pustaka Al-Khoirot.

Umar, B. (2011). ilmu pendidikan islam. jakarta: ikrar mandiriabadi. 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak